TEMPO.CO, Jakarta - Aparat keamanan Myanmar melepaskan tembakan peringatan saat melakukan sejumlah penggeledahan sepanjang Sabtu malam, 6 Maret 2021 di Kota Yangon. Penggeledahan dilakukan setelah membubarkan unjuk rasa terakhir disana, yang berakhir dengan tembakan gas air mata dan granat kejut.
Myanmar saat ini diselimuti ketegangan sejak militer negara itu melakukan kudeta terhadap pemimpin terpilih Myanmar, Aung San Suu Kyi pada 1 Februari 2021. Unjuk rasa hampir terjadi setiap hari dan aksi mogok kerja telah mengguncang sektor bisnis serta melumpuhkan administrasi.
Asap mengepul dari benda-benda yang terbakar selama protes di Yangon, Myanmar, 4 Maret 2021, dalam gambar diam yang diambil dari sebuah video. [Facebook Bangkoksighseeing / melalui REUTERS]
Pada Sabtu malam, 6 Maret 2021, sejumlah warga di Kota Yangon mengatakan tentara dan aparat keamanan secara sporadis masuk ke sejumlah distrik di Yangon sambil melepaskan tembakan. Mereka menahan setidaknya tiga orang di Kyauktada. Alasan penahanan tidak diketahui.
“Mereka meminta agar ayah dan kakak saya keluar. Tidakkah seseorang mau membantu kami? Tidakkah Anda kasihan dengan ayah dan kakak saya? Bawa saja kami semua jika Anda mau memenjarakan keduanya,” kata seorang perempuan saat ayah dan kakaknya di giring oleh aparat.
Pada Sabtu, 6 Maret 2021, unjuk rasa secara sporadis masih terjadi di penjuru Myanmar. Media setempat mewartakan aparat kepolisian melepaskan gas air mata dan granat kejut untuk membubarkan demonstran di distrik Sanchaung, Yangon. Belum ada laporan korban jiwa.
Sejumlah tentara Myanmar juga tampak mencari seorang pengacara yang bekerja untuk Partai Liga Nasional Demokrasi pimpinan Suu Kyi. Namun pencarian itu tidak membuahkan hasil.
Sumber: Reuters