Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Junta Militer Sengaja Pakai Peluru Tajam untuk Membunuh Demonstran Myanmar

Suasana  pemakaman demonstran bernama Angel atau dikenal Kyal Sin, yang tewas usai ditembak militer Myanmar saat aksi anti kudeta di Mandalay, Myanmar, 4 Maret 2021. REUTERS/Stringer
Suasana pemakaman demonstran bernama Angel atau dikenal Kyal Sin, yang tewas usai ditembak militer Myanmar saat aksi anti kudeta di Mandalay, Myanmar, 4 Maret 2021. REUTERS/Stringer
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Militer Myanmar sengaja menembak peluru tajam untuk membunuh para demonstran Myanmar yang menentang kudeta militer, menurut kerabat, kelompok HAM, dan keterangan dokter yang memeriksa korban.

Luka mematikan dan lubang peluru yang mengenai tubuh demonstran Myanmar, seperti yang terlihat dalam foto dan rincian percakapan dengan anggota keluarga, adalah sebagian bukti yang menunjukkan bahwa pasukan keamanan junta militer menembak untuk membunuh.

"Semuanya menunjuk pada pasukan yang mengadopsi taktik tembak-menembak untuk menekan protes, dan dengan diamnya pemerintahan militer, ada konsensus yang berkembang bahwa ini telah disahkan oleh pemerintah," kata Deputi Direktur Regional untuk Riset Amnesty International, Emerlynne Gil, mengatakan pada Kamis, dikutip dari CNN, 5 Maret 2021.

Rabu kemarin adalah hari paling berdarah dalam protes empat minggu terakhir, ketika pasukan keamanan menembaki kerumunan orang di seluruh negeri, menewaskan sedikitnya 38 orang. Gambar dan rekaman, ditangkap oleh para pengamat, wartawan lokal dan jurnalis warga, menunjukkan mayat tergeletak di jalan dikelilingi oleh genangan darah saat pengunjuk rasa berlari untuk berlindung.

Rekaman lain menunjukkan polisi Myanmar memukuli pengunjuk rasa yang ditahan dan dalam satu cuplikan, pasukan keamanan terlihat memukuli tiga pekerja medis sukarela dengan senjata dan tongkat mereka.

Amnesty mengatakan, pemandangan mengerikan yang berlangsung di seluruh Myanmar menunjukkan semakin banyak bukti kebrutalan aparat di bawah komando pemimpin kudeta Jenderal Min Aung Hlaing.

"Kami melihat lonjakan pembunuhan di luar hukum, termasuk eksekusi di luar hukum, tanpa upaya nyata untuk mengekang penggunaan kekuatan mematikan," kata Gil. "Jika ada, pasukan keamanan tampak semakin berani dalam menggunakan senjata mematikan mereka setiap hari."

Petugas polisi menggotong jenazah saat unjuk rasa menentang kudeta militer di Monywa, Myanmar, Rabu, 3 Maret 2021. Seorang penerbang drone berhasil menangkap momen saat polisi memindahkan korban meninggal dalam kericuhan. REUTERS.

Zin Ko Ko Zaw, 22 tahun, tewas terkena peluru di kepala; Ma "Angel" Kyal Sin, 19 tahun, ditembak mati di kepala; dan Nay Myo Aung, 16 tahun, tewas tertembak peluru yang menembus paru-parunya.

Tiga demonstran muda itu adalah bagian dari 54 orang yang diyakini telah dibunuh oleh junta militer Myanmar sejak protes damai di seluruh negeri terhadap kudeta 1 Februari dimulai.

Di kota Myinchan, dekat Mandalay Wednesday, Zin Ko Ko Zaw sedang melakukan protes bersama keluarganya. Video hari itu menunjukkan orang-orang memukuli panci dan wajan di dekat barisan pengunjuk rasa dan pasukan keamanan, sebelum tembakan senjata terdengar dan kerumunan menyebar.

Dalam huru-hara tersebut, Zin Ko Ko Zaw ditembak di kepala. Saudaranya membawanya ke ambulans yang menunggu tetapi nyawanya tidak bisa diselamatkan.

"Saya terpaksa menyeret tubuhnya keluar dan dia meninggal di tangan saya," kata saudaranya, Than Zaw Oo. Darah mengalir dari mulut dan kepalanya.

Zin Ko Ko Zaw akan berusia 23 bulan depan. Orang tuanya mengatakan dia adalah pencari nafkah keluarga dan bekerja di pasar lokal. Mereka semua bersama-sama melakukan protes, tetapi terpisah ketika penembakan dimulai.

"Mereka (demonstran) tidak memiliki senjata, tetapi mereka (aparat) bersenjata lengkap. Yang bisa kami lakukan hanyalah protes. Mereka menembak kami dengan peluru tajam, tolong bantu kami," kata ibu Zaw, Daw Htar.

Salah satu yang termuda yang tewas adalah Nay Myo Aung yang berusia 16 tahun. Dia berunjuk rasa bersama sepupunya di Mandalay pada hari Rabu ketika polisi dan militer membubarkan kerumunan dengan menggunakan gas air mata. Ketika para demonstran mulai membangun barikade, polisi Myanmar kemudian mulai menembakkan peluru karet, serta peluru tajam, kata sepupunya.

"Saya tertembak dengan dua peluru karet dan kemudian saya jatuh, lalu sepupu saya mencoba mengangkat saya dan saat itulah dia tertembak dengan peluru tajam," kata Hein Htet Aung, 17 tahun.

Nay Myo Aung dilarikan ke rumah sakit tetapi meninggal beberapa jam kemudian karena luka parah. Peluru menembus lengan kirinya dan menembus paru-parunya, kata dokter kepada keluarga tersebut.

Angel atau yang dikenal Kyal Sin (kedua kiri), berlindung sebelum ditembak di kepalanya saat pasukan Myanmar melepaskan tembakan untuk membubarkan demonstrasi anti-kudeta di Mandalay, Myanmar, 3 Maret 2021. Dari enam korban tewas itu, empat orang ditembak mati selama protes di sebuah kota di Myanmar. REUTERS/Stringer

Korban tewas lainnya adalah Ma Kyal Sin, yang dikenal dengan Angel. Mengenakan T-shirt bertuliskan "Semuanya akan baik-baik saja," Angel sering mengikuti protes antikudeta, menurut teman-temannya mengatakan kepada Reuters. Dia ditembak di kepala oleh pasukan keamanan selama protes anti-kudeta pada Rabu.

Sebelum dia keluar memprotes, penari dan juara taekwondo itu telah mengunggah catatan golongan darahnya, nomor kontak dan wasiat untuk menyumbangkan tubuhnya jika dia meninggal, ke media sosial, Reuters melaporkan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Video momen terakhirnya menunjukkan dia berjongkok di jalan bersama pengunjuk rasa lainnya di Mandalay sebelum gas air mata dilemparkan dan peluru tajam ditembakkan.

Kepolisian Myanmar mengeluarkan pernyataan pada hari Jumat di Global New Light yang mengatakan bahwa mereka sedang menyelidiki kematian Ma Kyal Sin. Laporan itu mengatakan polisi menganalisis foto luka Angel dan menyimpulkan bahwa itu bukan cedera yang disebabkan oleh senjata anti huru hara.

"Senjata anti huru hara atau peluru tajam, tidak mungkin kepala korban dalam kondisi baik," klaim Kepolisian Myanmar.

Junta militer sebelumnya mengaku menahan diri terhadap pengunjuk rasa yang disebutnya "massa anarkis". Global New Light Of Myanmar yang dikelola negara mengatakan aparat akan menindak keras pengunjuk rasa yang rusuh.

Pada hari Jumat, Kepolisian Myanmar mengatakan dalam Global New Light, menuduh pengunjuk rasa menggunakan dua senjata yang diyakini sebagai granat asap ditemukan pada protes hari Rabu.

"Para pengunjuk rasa tidak lagi dalam tahap protes normal tetapi dipersenjatai dengan alat peledak dan melakukan kekerasan," kata laporan itu, tanpa memberikan bukti lebih lanjut.

Kelompok advokat untuk tahanan politik, Assistance Association for Political Prisoners, telah mengidentifikasi 48 orang yang tewas karena penumpasan kekerasan terhadap pengunjuk rasa. Dari jumlah tersebut, setengahnya berusia di bawah 25 tahun, dengan 17 orang di bawah 20 tahun. Yang termuda baru berusia 14 tahun, kelompok itu melaporkan.

Pasukan keamanan berdiri di jalan selama protes anti-kudeta di Yangon, Myanmar, 4 Maret 2021. [REUTERS / Stringer]

John Quinley, Spesialis Senior Hak Asasi Manusia di Fortify Rights mengatakan banyak dari mereka yang melakukan protes adalah kaum muda berusia 20-an dan 30-an.

"Ini adalah generasi penerus Myanmar yang ingin negaranya dipimpin dan diperintah secara demokratis. Dan mereka ingin para pemimpinnya menjunjung tinggi prinsip-prinsip hak asasi manusia," kata Quinley. "Dan inilah orang-orang yang sekarat di jalanan."

Kelompok hak asasi manusia mengatakan tingkat koordinasi dan penggunaan kekuatan yang digunakan oleh junta militer dalam protes baru-baru ini menunjukkan bahwa mereka tidak lagi berniat untuk membubarkan pengunjuk rasa sebagai bentuk pengendalian massa.

"Penggunaan kekuatan yang berlebihan dan mematikan yang serupa oleh pasukan keamanan di kota-kota di seluruh negeri menunjukkan koordinasi antara unit dan strategi nasional yang menyeluruh," kata kelompok hak asasi Fortify Rights pada Kamis.

"Ini bukan taktik yang tidak mematikan untuk membubarkan pengunjuk rasa. Ini adalah serangan terhadap pengunjuk rasa damai di seluruh negeri," kata Quinley. "Dan ini bukan teknik pengendalian massa, ini serangan terhadap warga sipil dan orang-orang yang memprotes kudeta militer."

Baca juga: Seorang Demonstran Myanmar Tewas Ditembak Aparat di Bagian Leher

Pelapor Khusus PBB untuk Hak Asasi Manusia di Myanmar, Tom Andrews, mengatakan melihat adanya perintah agar polisi dan tentara militer menembak mati pengunjuk rasa.

"Mereka menggunakan shotgun 12-gauge, mereka menggunakan senapan 38 mm, mereka menggunakan senapan semi-otomatis melawan pengunjuk rasa damai yang tidak menimbulkan ancaman bagi mereka," katanya.

Meski berbahaya, pengunjuk rasa terus kembali ke jalan. Pada hari Jumat, polisi menembaki para demonstran di Mandalay yang menewaskan seorang pemuda, menurut Reuters, mengutip para saksi.

Di Yangon, demonstran Myanmar membangun kembali barikade dan di negara bagian Shan, Lashio, kerumunan orang menyanyikan lagu-lagu dan mengacungkan salam tiga jari.

CNN | REUTERS

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.




Video Pilihan


Ratusan Ribu Warga Rohingya Korban Siklon Mocha Tak Dapat Bantuan, Ini Sebabnya

23 jam lalu

Kerusakan yang disebabkan oleh Topan Mocha di Sittwe, Myanmar dalam gambar handout ini dirilis 17 Mei 2023. Bantuan dan Pengembangan Mitra/Handout via REUTERS/File Foto
Ratusan Ribu Warga Rohingya Korban Siklon Mocha Tak Dapat Bantuan, Ini Sebabnya

Warga Rohingya di negara bagian Rakhine di Myanmar barat, tak mendapat bantuan kemanusiaan termasuk tempat yang aman setelah badai Siklon Mocha


Tak Bisa Bertemu Suu Kyi, Utusan PBB untuk Myanmar Noeleen Heyzer Tak Lanjutkan Mandat

1 hari lalu

Noeleen Heyzer. Reuters
Tak Bisa Bertemu Suu Kyi, Utusan PBB untuk Myanmar Noeleen Heyzer Tak Lanjutkan Mandat

Utusan khusus PBB untuk Myanmar Noeleen Heyzer dipastikan tidak akan melanjutkan mandatnya setelah menjabat selama 20 bulan.


Muncul Lagi 12 WNI Korban Perdagangan Orang di Wilayah Konflik Myanmar

4 hari lalu

Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri RI Judha Nugraha. Sumber: dokumen Kementerian Luar Negeri
Muncul Lagi 12 WNI Korban Perdagangan Orang di Wilayah Konflik Myanmar

Kementerian Luar Negeri mengkonfirmasi ada sekitar 12 warga negara Indonesia (WNI) korban tindak pidana perdagangan orang di wilayah konflik di Myanmar.


Imigrasi Soetta Bantu Proses Keimigrasian 46 WNI Korban TPPO yang Disekap di Myanmar

6 hari lalu

Sejumlah WNI korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) berjalan menuju bus setibanya dari Filipina di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat, 26 Februari 2023. Karo Penmas Polri Brigjen Pol Ahmad Ramadhan menyebutkan sebanyak 240 WNI korban TPPO dengan sindikat penipuan daring di Filipina mulai dipulangkan secara bertahap mulai Kamis (25/5/2023). ANTARA FOTO/Fauzan
Imigrasi Soetta Bantu Proses Keimigrasian 46 WNI Korban TPPO yang Disekap di Myanmar

Sebanyak 46 warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Myanmar berhasil dipulangkan


Kemlu: 26 WNI Korban Perdagangan Orang di Myanmar Dipulangkan ke Indonesia

6 hari lalu

Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri RI Judha Nugraha. Sumber: dokumen Kementerian Luar Negeri
Kemlu: 26 WNI Korban Perdagangan Orang di Myanmar Dipulangkan ke Indonesia

Kemlu mengumumkan 26 WNI yang sempat terjebak di wilayah konflik di perbatasan Myanmar dan Thailand berhasil dipulangkan.


26 WNI Korban Perdagangan Orang di Myanmar Tiba di Jakarta

6 hari lalu

Empat WNI yang menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dan disekap di Myanmar akan dilepaskan melalui Thailand. [istimewa]
26 WNI Korban Perdagangan Orang di Myanmar Tiba di Jakarta

Jumlah korban perdagangan orang ini bertambah dari 20 menjadi 26, setelah polisi memeriksa dua tersangka agen penyalur WNI ke Myanmar.


PBB Butuh Rp5 T untuk Bantuan Myanmar dan Bangladesh yang Dilanda Topan

9 hari lalu

Kerusakan yang disebabkan oleh Topan Mocha di Sittwe, Myanmar dalam gambar selebaran ini dirilis 17 Mei 2023. Partners Relief and Development/Handout via REUTERS
PBB Butuh Rp5 T untuk Bantuan Myanmar dan Bangladesh yang Dilanda Topan

PBB membutuhkan dana sekitar Rp 5 triliun untuk bantuan jutaan orang tedampak topan yang menghancurkan sebagian Myanmar dan Bangladesh.


Jokowi Puji Hibah US$ 11 Juta dari Inggris untuk Transportasi Indonesia, Berharap IKN Kebagian

13 hari lalu

Presiden Joko Widodo memberikan keterangan sebelum menaiki pesawat kepresidenan di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Jumat 19 Mei 2023. Presiden Jokowi akan menghadiri acara KTT G7 di Hiroshima, Jepang. TEMPO/Subekti.
Jokowi Puji Hibah US$ 11 Juta dari Inggris untuk Transportasi Indonesia, Berharap IKN Kebagian

Jokowi berharap Ibu Kota Nusantara (IKN) ikut kebagian hibah untuk transportasi keberlanjutan yang diberikan Inggris.


Selain Jepang, Jokowi Juga Minta Bantuan Inggris untuk Bantu Rakyat Myanmar

13 hari lalu

Presiden Joko Widodo dan delegasi Indonesia bertemu PM Jepang Fumio Kishida di perhelatan KTT G7 di Hiroshima, Jepang, Sabtu, 20 Mei 2023. Biro Setpres
Selain Jepang, Jokowi Juga Minta Bantuan Inggris untuk Bantu Rakyat Myanmar

Jokowi meminta Inggris ikut memberikan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Myanmar yang menderita akibat konflik politik.


Jokowi Minta Bantuan Jepang untuk Kirim Bantuan Kemanusiaan ke Myanmar

13 hari lalu

Presiden Joko Widodo dan delegasi Indonesia bertemu PM Jepang Fumio Kishida di perhelatan KTT G7 di Hiroshima, Jepang, Sabtu, 20 Mei 2023. Biro Setpres
Jokowi Minta Bantuan Jepang untuk Kirim Bantuan Kemanusiaan ke Myanmar

Jokowi meminta pemerintah Jepang ikut mengirimkan bantuan kemanusiaan untuk masyarakat Myanmar yang terjepit konflik.