TEMPO.CO, Jakarta - Menteri bidang Eropa dari Prancis Clement Beaune pada Jumat, 5 Maret 2021 memperingatkan solidaritas Uni Eropa akan terdampak jika negara-negara di organisasi itu memilih vaksin virus corona buatan Cina, ketimbang Rusia.
“Jika mereka ingin memilih vaksin Cina atau Rusia, saya rasa ini cukup serius. Ini bisa membuat solidaritas kita terhenti sesaat dan menghentikan risiko masalah karena vaksin virus corona dari Rusia masih belum mendapat pengesahan di Eropa. Sebuah proposal persetujuan mengenai ini sudah dibuat, hanya saja belum disahkan di Eropa,” kata Beaune dalam sebuah wawancara.
Baca juga: Uni Eropa Blokir Ekspor Vaksin COVID-19 AstraZeneca ke Australia
Ilustrasi peneliti berupaya menciptakan vaksin virus corona Covid-19. ANTARA/Shutterstock/am.
Vaksin virus corona buatan Rusia Sputnik V sudah mendapat persetujuan penggunaannya di tiga negara di kawasan Uni Eropa, yakni Hungaria, Slovakia dan Republik Ceko. Tiga negara itu menggunakan Sputnik V karena adanya keterlambatan pasokan vaksin di penjuru Uni Eropa.
Regulator obat di Uni Eropa telah memulai evaluasi vaksin Sputnik V dari Rusia untuk menjawab kemungkinan apakah vaksin ini bisa disetujui penggunaannya di wilayah Uni Eropa. Komisi Eropa Kamis kemarin mengatakan belum ada pembicaraan mengenai rencana pembelian vaksin Sputnik V dari Rusia.
Presiden Polandia Andrzej Duda sebelumnya sudah melakukan pembicaraan dengan Presiden Cina Xi Jinping soal kemungkinan membeli vaksin virus corona dari Cina, padahal Menteri Kesehatan Polandia Adam Niedzielski pada Rabu, 3 Maret 2021 mengatakan pihaknya belum memberikan rekomendasi untuk penggunaan vaksin tersebut karena data yang tidak cukup.
Sumber: Reuters