TEMPO.CO, - Sejumlah orang diduga personel tentara dan polisi Myanmar menggunakan aplikasi TikTok untuk menyampaikan ancaman pembunuhan kepada para demonstran penentang kudeta.
Kelompok hak digital Myanmar ICT for Development (MIDO) mengatakan telah menemukan lebih dari 800 video pro-militer yang mengancam pengunjuk rasa. “Ini hanya puncak gunung es,” kata direktur eksekutif MIDO Htaike Htaike Aung, dikutip dari Reuters, Kamis, 4 Maret 2021.
Seorang juru bicara tentara dan junta tidak menanggapi permintaan komentar.
Satu video dari akhir Februari ditinjau oleh Reuters menunjukkan seorang pria berseragam tentara mengarahkan senapan serbu ke kamera dan berbicara kepada pengunjuk rasa: "Saya akan menembak di wajah sialan Anda dan saya menggunakan peluru sungguhan."
"Saya akan berpatroli di seluruh kota malam ini dan saya akan menembak siapa pun yang saya lihat. Jika kamu ingin menjadi martir, saya akan memenuhi keinginanmu," ucap orang di video itu.
Reuters tidak dapat menghubunginya maupun pria berseragam lainnya yang muncul di video TikTok atau untuk memverifikasi bahwa mereka berada di angkatan bersenjata.
Pihak TikTok mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka memiliki pedoman komunitas yang tidak mengizinkan konten bermuatan kekerasan atau hoaks yang menyebabkan kerugian. "Terkait dengan Myanmar, kami telah dan terus segera menghapus semua konten yang memicu kekerasan atau menyebarkan informasi yang salah, dan secara agresif memantau untuk menghapus konten apa pun yang melanggar pedoman kami," katanya.
Reuters meninjau lebih dari selusin video di mana pria berseragam, terkadang mengacungkan senjata, mengancam akan melukai pengunjuk rasa yang menyerukan penghentian kudeta dan pembebasan pemimpin terpilih, Aung San Suu Kyi.
TikTok mengalami peningkatan unduhan di Myanmar terutama setelah militer melarang Facebook bulan lalu. Aplikasi ini masuk dalam 20 aplikasi yang paling banyak diunduh di Myanmar.
Baca juga: Diancam Sanksi Karena Kudeta, Junta Militer Myanmar: Kami Sudah Biasa
Sumber: REUTERS