TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah aktivis yang tergabung dalam Milk Tea Alliance Indonesia menyatakan dukungannya terhadap perjuangan rakyat Myanmar dalam menentang kudeta. Mereka memukul panci dan melakukan salam tiga jari secara virtual selama beberapa saat pada pukul 20.30 Ahad, 28 Februari 2021, untuk menyuarakan solidaritas mereka.
"Milk Tea Alliance Indonesia ingin membuat semacam aksi solidaritas. Di tengah pandemi setidaknya ini yang dapat kami lakukan," kata Safina Maulida.
Aktivis HAM lainnya, Veronica Koman, mengatakan rakyat Indonesia tidak bisa diam saja melihat konflik di Myanmar. Alasannya apa yang terjadi di negara lain di wilayah regional (ASEAN) bisa sangat berpengaruh terhadap Indonesia.
Tangkapan layar saat sejumlah aktivis yang tergabung dalam Milk Tea Alliance Indonesia melakukan aksi solidaritas untuk rakyat Myanmar dengan memukul panci dan melakukan salam tiga jari secara virtual, Ahad, 28 Februari 2021.
Ia mencontohkan gelombang unjuk rasa di dunia Arab atau Arab Spring bisa menular dan terjadi di banyak negara. "Revolusi saja bisa menular kenapa militerisme tidak," ucap Veronica.
Menurut Veronica, rakyat Indonesia harus menekan pemerintah agar makin kencang bersuara untuk membantu menyelesaikan masalah di Myanmar. Pasalnya di komunitas internasional dikenal sesuatu yang disebut ASEAN way yang banyak dikritik orang.
"ASEAN way itu artinya diem-diem aja saling mendukung ketidakdemokrasian masing-masing. Jadi harus rakyat yang bersuara menekan pemerintah kita," tuturnya.
Kondisi di Myanmar tak kunjung mereda. Dalam unjuk rasa Ahad kemarin, belasan orang dilaporkan tewas saat polisi membubarkan demonstrasi. Hal ini menjadikan demonstrasi kemarin menjadi yang paling berdarah dalam tiga pekan terakhir.
Baca juga: Myanmar Berdarah: Tujuh Demonstran Dilaporkan Tewas