TEMPO.CO, Jakarta - Sekolah di kawasan Tepi Barat, Palestina, akan ditutup selama dua pekan untuk menekan kenaikan angka kasus COVID-19 di sana. Adapun Perdana Menteri Palestina, Mohammed Shtayyeh, mengecualikan Sekolah Menengah Atas dari keputusan penutupan tersebut.
"Penutupan akan berlangsung mulaik Ahad ini. Penutupan ini dipicu oleh banyaknya kasus varian baru COVID-19 dari Inggris dan Afrika Selatan," ujar Shtayyeh, dikutip dari kantor berita Reuters, Sabtu, 27 Februari 2021.
Per berita ini ditulis, Palestina tercatat memiliki 181 ribu kasus dan 2025 korban meninggal akibat COVID-19. Angka tersebut sudah termasuk menghitung 1.061 kasus dan 6 kematian baru dalam 24 jam terakhir.
Adapun jumlah kasus hari di Palestina mulai menunjukkan peningkatan lagi sejak akhir Januari lalu. Dari titik terendah yaitu 575 kasus per hari pada 31 Januari 2021, angka kasus harian secara bertahap naik hingga 1061 per hari.
Peningkatan tersebut semakin nyata ketika otoritas kesehatan Palestina melakukan uji sampling pada Kamis kemarin. Dari sampling yang diambil secara random, sebanyak 75 persen tertular varian baru COVID-19 dari Inggris.
Seorang pria Palestina didampingi putranya saat menerima vaksin virus corona dalam Israel melanjutkan program vaksinasi nasionalnya, di Yerusalem Timur, 23 Desember 2020. Sejumlah negara telah memulai vaksinasi bagi warganya. REUTERS/Ammar Awad
Menurut data Bank Dunia, Palestina adalah salah satu negara dengan frekuensi test COVID-19 terendah di Timur Tengah. Selain itu, tingkat pertumbuhan kasus positif nya juga tinggi. Di Tepi Barat, angka peningkatan kasusnya mencapai 21 persen sementara di Gaza 29 persen.
Gaza tercatat memiliki 55.091 kasus dan 549 kematian dari 2 juta penduduknya. Sementara itu, untuk wilayah Tepi Barat, di mana 3,1 juta warga Palestina tinggal, terdapat 118.519 kasus dan 1046 kematian.
Otoritas kesehatan Palestina berharap vaksinasi COVID-19 dapat membantu mereka untuk menekan angka kasus. Sejauh ini, mereka sudah memegang 32 ribu dosis vaksin di mana penggunaannya difokuskan ke Tepi Barat dan Gaza.
Jumlah vaksin COVID-19 itu belum menghitung sumbangan dari COVAX, lembaga penjamin suplai vaksin dari PBB. COVAX menjanjikan suplai vaksin COVID-19 untuk Palestina dalam beberapa pekan depan.
"Kami juga memiliki kesepakatan suplai vaksin COVID-19 dengan Rusia dan AstraZeneca. Kami memperkirakan pengiriman akan tiba Maret ini," ujar Shtayyeh.
Israel, yang merupakan tetangga langsung Palestina dan berniat mencaploknya, malah belum membantu banyak. Mereka baru mengirimkan 2000 suplai vaksin COVID-19 saja ke ke Palestina. Israel berdalih kesepakatan dengan Palestina adalah vaksinasi di Gaza dan Tepi Barat akan menjadi tanggung jawab mereka, bukan Israel.
Baca juga: Israel Bagi-bagi Kelebihan Vaksin Virus Corona ke Palestina
ISTMAN MP | REUTERS