TEMPO.CO, Jakarta - Pejabat keeamanan Iran, Ali Shamkhani, menyebut serangan udara Amerika ke Suriah pada Jumat lalu malah memperkeruh situasi. Alih-alih bakal menghentikan aktivitas milisi syiah di sana, Shamkhani menyebut apa yang Amerika lakukan malah memicu terorisme.
Shamkhani mengklaim milisi Kataib Hezbollah yang diserang oleh Amerika adalah paramiliter anti-teroris. Dengan menyerang mereka, kata Shamkhani, Amerika malah mengganggu operasi anti-militer di Suriah. Amerika, sebagaimana diberitakan sebelumnya, menyebut serangan tersebut untuk membalas serangan roket ke Irak pekan lalu.
"Tindakan terbaru Amerika malah memperkuat aktivitas dan ekspansi teroris Daesh (ISIS) di Suriah. Serangan terhadap pemberontak anti-teroris adalah awal dari periode terorisme terorganisir, " ujar Shamkhani, yang menjabat Dewan Keamanan Nasional Iran, Sabtu, 27 Februari 2021.
Shamkhani berkata, Iran tidak akan tinggal diam atas serangan Amerika di Suriah. Namun, ia tidak mengelaborasi soal langkah seperti apa yang akan diambil oleh Iran.
Di saat bersamaan, Menteri Luar Negeri Irak Fuad Hussein berkunjung ke Iran untuk menemui Menlu Javad Zarif. Menurut laporan Reuters, Hussein mencoba menjelaskan situasi serangan ke Suriah dan memastikan tidak terjadi ketegangan berlebih akibat serangan itu.
"Hussein datang untuk membahas perkembangan situasi regional, termasuk bagaimana caranya menyeimbangkan hubungan untuk mencegah ketegangan serta eskalasi," ujar keterangan Kementerian Luar Negeri Irak.
Diberitakan sebelumanya, Amerika menyerang fasilitas Kataib Hezbollah di perbatasan Irak-Suriah. Kataib Hezebollah, yang disokong oleh iran, menggunakan fasilitas itu untuk jalur transportasi persenjataan, personil, dan konsumsi.
Amerika dan sejumlah pejabat Irak mengklaim serangan itu beralasan. Mereka merasa perlu membalas serangan roket ke situs Amerika dan Irak bulan ini yang melukai 4 pejabat mereka. Adapun Amerika merasa serangan yang mereka lakukan terukur dan berskala relatif kecil sehingga tidak akan memicu eskalasi berlebih.
Beberapa pihak menganggap Amerika tengah memainkan daya tawarnya menjelang negosiasi soal Perjanjian Nuklir Iran. Presiden Joe Biden berkali-kali menegaskan ingin kembali ke Perjanjian Nuklir tersebut dan berharap Iran mengikuti mereka. Iran setuju untuk kembali, namun meminta Amerika mencabut dulu sanksi yang diberikan semasa pemerintahan Donald Trump.
Baca juga: Suriah dan Iran Mengutuk Serangan Udara Amerika Serikat
ISTMAN MP | REUTERS