TEMPO.CO, Jakarta - Suriah mengutuk serangan udara Amerika Serikat ke wilayah timur negara itu pada Jumat, 25 Februari 2021 untuk menumpas militan yang diduga didukung Iran, yang bercokol disana. Damaskus menyebut serangan tersebut sebuah tindakan pengecut dan mendesak Presiden Amerika Serikat Joe Biden agar tidak mengikuti hukum rimba.
“Suriah mengutuk dalam istilah yang sangat tegas bahwa Amerika Serikat telah melakukan serangan pengecut ke sejumlah area di Deir al-Zor dekat perbatasan Irak-Suriah,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Suriah.
Baca juga: Perintahkan Serangan Udara ke Suriah, Joe Biden Disamakan Dengan Trump
Dalam keterangan itu disebutkan pula Suriah meminta agar pemerintahan Biden berpegang pada hukum internasional, bukannya pada hukum rimba seperti yang dilakukan pemerintahan sebelumnya.
Bukan hanya Suriah, Iran juga mengutuk serangan udara Amerika Serikat ke timur Suriah pada Jumat kemarin. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh, mengatakan serangan udara Amerika Serikat itu adalah agresi ilegal dan sebuah pelanggaran HAM serta hukum internasional.
Sumber yang dekat dengan Iran mengatakan serangan udara Amerika Serikat itu menewaskan satu militan dan melukai empat orang lainnya. Sedangkan sumber di Pemerintah Amerika Serikat mengatakan ruang gerak mereka terbatas karena Pemerintahan Biden akan mencoba menghindari eskalasi yang lebih besar.
Seorang pejuang Suriah berlari dengan membawa senjata lengkap disela peperangan melawan ISIS di al-Bab, Suriah, 26 Januari 2017. REUTERS/Khalil Ashawi
Washington dan Tehran saat ini sedang mencari pengaruh dalam upaya menyelamatkan kesepakatan nuklir Iran yang dikunci dengan negara-negara kekuatan dunia pada 2015, namun ditinggalkan oleh mantan Presiden Donald Trump pada 2018.
“Anda tidak bisa bertindak dengan impunitas. Berhati-hatilah,” kata Biden, ketika ditanya wartawan soal pesan apa yang hendak disampaikan lewat serangan itu.
Serangan udara Amerika Serikat ke timur Suriah terjadi pada Jumat pagi waktu setempat, yang mengincar kantong-kantong persembunyian militan garis keras di Suriah. Kelompok militan yang ada disana diduga didukung oleh Iran.
Sumber: Reuters