TEMPO.CO, Jakarta - Regu yang dikirim untuk membunuh Jamal Khashoggi di Istanbul diterbangkan menggunakan jet pribadi dari perusahaan yang disita oleh Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, menurut dokumen pengadilan yang bocor.
Dokumen itu dilihat dan dilaporkan pertama kali oleh CNN, 24 Februari 2021, yang diajukan sebagai bagian dari gugatan perdata Kanada awal tahun ini. Dokumen diberi label "Sangat Rahasia" dan ditandatangani oleh seorang menteri Arab Saudi yang menyampaikan perintah putra mahkota, penguasa de facto Arab Saudi.
"Menurut instruksi Yang Mulia Putra Mahkota," tulis menteri menurut terjemahannya, "segera setujui penyelesaian prosedur yang diperlukan untuk ini."
Pengajuan tersebut menjelaskan bagaimana kepemilikan Sky Prime Aviation diperintahkan untuk ditransfer ke dana kekayaan negara senilai US$ 400 miliar (Rp 5.631 triliun) di negara itu pada akhir 2017. Pesawat-pesawat perusahaan tersebut kemudian digunakan dalam pembunuhan Khashoggi pada Oktober 2018.
Dana investasi Kerajaan, yang dikenal sebagai Dana Investasi Publik, dikendalikan oleh kerajaan Saudi dan diketuai oleh putra mahkota Mohammed bin Salman, yang dikenal sebagai MBS.
Dokumen yang menetapkan hubungan antara pesawat dan MBS diajukan oleh sekelompok perusahaan milik negara Saudi sebagai bagian dari gugatan penggelapan yang mereka ungkap bulan lalu di Kanada terhadap mantan pejabat tinggi intelijen Saudi, Saad Aljabri.
Tuduhan penggelapan terhadap Aljabri muncul setelah gugatan yang dia ajukan tahun lalu di Pengadilan Distrik Washington DC terhadap MBS. Aljabri menuduh putra mahkota mengirim tim pembunuh bayaran untuk membunuhnya di Kanada hanya beberapa hari setelah Khashoggi dibunuh.
Sky Prime Aviation dijalankan oleh menantu Aljabri, Salem Almuzaini. Menurut pengaduan yang diajukan bulan ini oleh Aljabri terhadap MBS di Washington DC, Almuzaini diculik di Dubai pada September 2017 dan dikembalikan secara paksa ke Arab Saudi.
Selama beberapa bulan, Aljabri mengatakan Almuzaini disiksa dan dianiaya, menurut pengaduan tersebut, termasuk oleh seorang pembantu MBS yang terlibat dalam pembunuhan Khashoggi. Akhirnya Almuzaini dipindahkan ke Ritz-Carlton Riyadh, tempat Mohammed bin Salman menahan sekitar 200 bangsawan, pejabat, dan eksekutif bisnis Saudi dengan alasan bagian dari operasi anti-korupsi dan menyita aset sekitar US$ 100 miliar (Rp 1.407 triliun).
Saad Al-Jabri mantan kepala intelijen Arab Saudi yang menjadi buron putra mahkota Mohammed bin Salman atas tuduhan korupsi. [GULF NEWS]
Dokumen yang memerintahkan alih kepemilikan Sky Prime Aviation pada Desember 2017 termasuk segel pohon palem Kerajaan Saudi dengan pedang bersilang dan kata-kata "RAHASIA TINGKAT TINGGI TIDAK UNTUK SIRKULASI DAN SANGAT PENTING," menurut terjemahan yang diberikan ke pengadilan. Dokumen lain yang menunjukkan pengalihan saham ditandatangani oleh Salem Almuzaini, yang keberadaannya saat ini tidak diketahui.
Surat-surat yang memerintahkan transfer ditandatangani oleh Mohammed Al-Alsheikh, sesama anggota dewan dana yang duduk di Dewan Menteri, menurut situs web Dana Investasi Publik.
Bukti bahwa kepemilikan armada pesawat pribadi telah dipindahkan ke Dana Investasi Publik Arab Saudi belum pernah dilaporkan sebelumnya dan memberikan bukti lain hubungan antara kematian Khashoggi dan MBS. Pada Oktober 2018, tidak lama setelah pembunuhan Khashoggi, Wall Street Journal, mengutip orang-orang yang mengetahui masalah ini, melaporkan bahwa jet Gulfstream yang digunakan oleh para pembunuh itu milik perusahaan yang dikendalikan oleh MBS.
Pada Kamis komunitas intelijen AS akan merilis laporan rinci yang telah lama ditunggu tentang siapa yang berada di balik kematian Khashoggi. Tidak lama setelah jurnalis Saudi itu dibunuh di konsulat Saudi di Istanbul, CIA menilai bahwa MBS secara pribadi telah memerintahkan pembunuhan tersebut, tetapi pejabat intelijen tidak pernah berbicara secara terbuka atau memberikan bukti.
Seorang penyelidik Perserikatan Bangsa-Bangsa menemukan pada Juni 2019 bahwa MBS tidak mungkin tidak mengetahui operasi tersebut.
Pejabat Saudi di Washington dan Riyadh belum menanggapi temuan baru penggunaan jet milik Mohammed bin Salman tersebut. MBS membantah bahwa dia memerintahkan pembunuhan Khashoggi tetapi mengatakan bahwa dia bertanggung jawab. Delapan tersangka dijatuhi hukuman penjara yang disindir oleh penyelidik PBB sebagai "sandiwara hukum".
Putra Mahkota Mohammed bin Salman, saat sedang menghadiri konferensi investasi masa depan atau FII di ibu kota Riyadh, Arab Saudi. Sumber: edition.cnn.com
Faisal Gill, pengacara mantan tunangan Khashoggi dan organisasi nirlaba yang telah mengajukan gugatan federal terhadap MBS dan dua puluh tergugat, mengatakan kliennya terkejut terkait temuan bukti kepemilikan MBS atas Sky Prime Aviation.
"Setiap bukti yang pada dasarnya mengikat MBS dan lainnya, terutama secara langsung, yang kami yakini memang demikian, sangatlah penting," kata Gill.
"(MBS) ingin menggunakan perusahaan yang dia kendalikan, dalam dana yang benar-benar dia kendalikan dengan harapan tidak akan keluar," kata Gill. "Bagi saya, itu bukan hanya hubungan langsung ke dia yang membunuh Jamal tetapi juga hubungan langsung dari dia yang mencoba menutupinya dengan menggunakan perusahaan penerbangan yang sepenuhnya dia kendalikan."
Sky Prime Aviation mengoperasikan dua jet perusahaan Gulfstream yang terbang menuju dan dari Istanbul dengan ditumpangi sebagian besar dari 15 orang tim pembunuh, menurut data penerbangan publik dan laporan PBB tentang kematian Khashoggi.
Baca juga: Politikus AS Usul Jamal Khashoggi Diabadikan Jadi Nama Jalan di Washington DC
Menurut laporan PBB, setelah Khashoggi terbunuh di dalam konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober, para pembunuh dengan cepat melarikan diri dan menuju pesawat. Satu pesawat jet dengan nomor ekor HZ-SK1 baru saja mendarat malam itu. Satu jam lima belas menit setelah mendarat, pesawat itu kembali mengudara bersama enam anggota tim Saudi. Empat setengah jam kemudian, pesawat kedua dengan nomor ekor HZ-SK2, lepas landas dari Bandara Ataturk dengan tujuh orang lagi di dalamnya, kata laporan PBB.
Jet pertama terbang melalui Kairo, yang kedua melalui Dubai dalam perjalanan kembali ke Riyadh. Dua anggota terakhir dari tim pembunuh Jamal Khashoggi terbang dengan pesawat komersial dari Istanbul ke Riyadh, Arab Saudi.