TEMPO.CO, Jakarta - Memulai penyuntikan vaksin COVID-19 lebih awal membantu Inggris untuk lebih dekat ke target vaksinasinya. Ahad kemarin, Pemerintah Inggris mengumumkan bahwa dari target 52,5 juta warga divaksin per 1 September 2021, sepertiga di antaranya (17,5 juta) telah dicapai. Dengan kata lain, target yang Inggris tetapkan berpotensi tercapai lebih awal.
Dikutip dari kantor berita Al Jazeera, Pemerintah Inggris telah merevisi target kampanye vaksinasi COVID-19nya. Dari yang aslinya ditargetkan tercapai per 1 September, Inggris memajukannya menjadi tercapai per 31 Juli. Pemerintah Inggris optimistis itu tidak mustahil melihat perkembangan vaksinasi sejauh ini plus ketersediaan suplai yang stabil.
"Kami menyakini ada cukup suplai untuk mempercepat kampanye vaksinasi COVID-19," ujar Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock, Ahad, 21 Februari 2021.
Keputusan untuk mempercepat kampanye vaksinasi tersebut secara tidak langsung mengubah agenda penyuntikan vaksin COVID-19 secara nasional. Sebagai contoh, Inggris mengubah target vaksinasi dosis kedua untuk mereka yang lansia dan punya penyakit kronis dari 1 Mei ke 15 April 2021.
Sebagai catatan, Inggris menetapkan jeda penyuntikan dosis pertama dan kedua vaksin COVID-19 lebih panjang dibanding kebanyak negara. Di saat kebanyakan negara menetapkan jeda selama sebulan, Inggris menetapkan jeda tiga bulan. Itulah kenapa meski vaksinasi di Inggris telah dimulai sejak Desember 2020, penerima dosis pertama kala itu baru akan menerima dosis kedua mulai Maret ini.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berbicara selama konferensi pers virtual, setelah memimpin pertemuan COBRA, yang diadakan sebagai tanggapan atas peningkatan pembatasan perjalanan di tengah pandemi penyakit virus corona (COVID-19), di 10 Downing Street, di London, Inggris, 21 Desember 2020. [Tolga Akmen / Pool via REUTERS]
Seiring dengan dipercepatnya pencapaian target vaksinasi COVID-19, Inggris juga mulai menyelesaikan road map pelonggaran lockdown. Ahad kemarin, PM Boris Johnson bertemu dengan menteri-menteri senior untuk membahas hal itu. Seperti diketahui, Inggris menghabiskan sebagian besar musim dinginnya dalam situasi lockdown ketiga karena penyebaran varian baru COVID-19.
Johnson menyatakan, pelonggaran akan dilakukan secara bertahap. Bahkan, jeda tiap pelonggaran kemungkinan akan memakan waktu beberapa pekan. Hal itu, kata ia, untuk melihat seberapa besar dampak dari setiap pelonggaran untuk kemudian memastikan kapan kegiatan ekonomi bisa dibuka seutuhnya.
Jika tidak ada halangan, Johson akan memaparkan rencana pelonggaran lockdown COVID-19 di Inggris pada Senin ini. "Saya bisa yakinkan pelonggaran ini akan bersifat sangat hati-hati dan bertahap...Resiko datang ketika lockdown dibuka," ujarnya menegaskan.
Per berita ini ditulis, Inggris tercatat memiliki 4,1 juta kasus dan 120 ribu korban meninggal akibat COVID-19. Angka itu adalah yang terburuk untuk wilayah Eropa.
Baca juga: Inggris Akan Menaikkan Pajak Perusahaan untuk Bantu Anggaran Covid-19
ISTMAN MP | AL JAZEERA