TEMPO.CO, Jakarta - Kampanye vaksinasi COVID-19 di Israel berjalan ngebut. Per Ahad kemarin, kurang lebih 45 persen dari 9 juta populasinya sudah menerima dosis pertama vaksin COVID-19. Dampaknya, Israel mulai melonggarkan pembatasan sosialnya dengan membuka akses ke toko dan tempat hiburan walau masker tetap wajib dipakai.
Ngebutnya vaksinasi COVID-19 di Israel tak lepas dari kolaborasi strategis dengan Pfizer. Pada Januari lalu, Israel meneken perjanjian kerjasama di mana mereka akan memberikan jutaan data medis pasien COVID-19 dengan balasan pengiriman rutin vaksin Pfizer. Pfizer sepakat, menjanjikan 10 juta dosis vaksin COVID-19 dengan pengiriman tiap pekannya sekitar 400 ribu - 700 ribu dosis.
"Kami menyakinkan Pfizer bahwa jika mereka mengirimkan vaksin ke kami dulu, maka kami akan memberikan data medis secepat mungkin juga. Inilah hasilnya (vaksinasi yang ngebut). Kami siap lebih awal, meneken kerjasama lebih awal, dan menjanjikan hasil yang lebih awal juga. Win-win situation," ujar Menteri Kesehatan Israel, Yuli Edelstein, dikutip dari Politico.
Israel menawarkan data yang cukup detil kepada Pfizer. Data pasien COVID-19 itu meliputi usia, umur, gender, serta rekam jejak medis termasuk efek usai menerima vaksin COVID-19. Israel tak mengikutkan identitas pasiennya untuk alasan privasi.
Bagi Pfizer, sulit untuk melewatkan penawaran dari Israel itu. Dengan menerima data-data medis penerima vaksin, otomatis Pfizer bisa menguji efikasi vaksinnya dengan lebih efektif, termasuk untuk kampanye vaksinasi cepat. Di sisi lain, memberikan 10 juta dosis vaksin COVID-19 bukan perkara sulit karena jumlah itu hanya sekian persen dari kapasitas globalnya, 1,3 miliar dosis.
"Dengan strategi ini, kami akan terus memimpin di dunia," ujar Edelstein bangga.
Seorang perempuan menerima vaksinasi terhadap penyakit virus corona (COVID-19) sebagai bagian dari inisiatif kotamadya Tel Aviv yang menawarkan minuman gratis di bar kepada penduduk yang bersedia disuntik vaksin, di Tel Aviv, Israel 18 Februari 2021. [REUTERS / Corinna Kern]
Oleh PM Benjamin Netanyahu, kerjasama strategis dengan Pfizer itu ia jadikan materi kampanye pemilu berikutnya. Ia menjual narasi tak akan berhasil mengamankan jutaan dosis vaksin COVID-19 Pfizer jika bukan karena negosiasinya dengan mereka.
"Kami adalah negara pertama di duinia yang mulai memulihkan diri ke normalitas. Terima kasih kepada jutaan vaksin yang memungkinkan hal ini terjadi," ujar Netanyahu pada Ahad kemarin.
Kerjasama strategis dengan Pfizer bukan satu-satunya kunci keberhasilan kampanye vaksinasi COVID-19 Israel. Integrasi data medis dengan jaringan digital juga membantu hal itu.
Di Israel, sistem kesehatan publik wajib terhubung dengan jaringan data medis nasional. Tiap harinya, jaringan itu merekam catatan medis warga Israel dari zaman mereka lahir. Dengan begitu, ketika kampanye vaksinasi digencarkan, siapa yang sudah dan belum tervaksin pun terpantau.
Israel bahkan membuat sertifikat digital bernama Green Pass sebagai tanda bukti vaksinasi. Terhubung dengan jaringan data medis nasional, Green Pass menjadi alat bukti warga Israel yang telah divaksin untuk bisa kembali mengakses tempat hiburan, hotel, serta gym seperti semula.
Baca juga: Netanyahu: Israel yang Pertama Longgarkan Pembatasan Sosial COVID-19
ISTMAN MP | POLITICO | REUTERS