TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan eksplorasi minyak asal Australia, Woodside Petroleum, meyakinkan kudeta militer di Myanmar tidak akan berdampak pada kegiatan pengeboran minyak perusahaan itu di negara yang dulu bernama Burma itu. CEO Woodside Petroleum Peter Coleman mengatakan kudeta militer adalah sebuah masalah transisi pemerintahan.
Coleman dalam pernyataannya menyebut pihaknya tidak melihat kudeta militer bisa menjadi hambatan dalam melakukan kegiatan eksplorasi gas pada tahun ini, termasuk kegiatan pre-engineering untuk ladang gas A-6, yang rencananya akan dikembangkan dengan Total SA, sebuah perusahaan asal Prancis.
“Pada saat ini kami melihat kejadian ini sebagai sebuah masalah transisi (pemerintahan). Anda telah memiliki sebuah mesin demokrasi yang bekerja lewat serangkaian proses ,” kata Coleman.
Sejumlah pengunjuk rasa turun ke jalan saat ikuti aksi protes kudeta militer di Yangon, Myanmar, 19 Februari 2021. Aksi demo telah terjadi di sejumlah kota Myanmar. Massa anti kudeta berhari-hari turun ke jalan meneriakkan "Ganyang Kediktatoran Militer" dan "Lepaskan Aung San Suu Kyi". REUTERS/Stringer
Baca juga: Kudeta Militer, Perusahaan Asal Singapura Hentikan Jual Beli dengan Myanmar
Menurut Coleman, pihaknya melihat masalah ini dan yakin akan bisa diselesaikan sepenuhnya oleh masyarakat Myanmar itu sendiri. Militer Myanmar sudah berkomitmen akan menggelar pemilu yang bebas dalam tempo 12 bulan ke depan.
“Kami berharap fakta ini (pemilu) benar-benar dilakukan dan kami akan memantaunya dengan ketat,” kata Coleman.
Dia meyakinkan Woodside tidak mendapat tekanan untuk menarik hubungan diplomatik dengan Myanmar. Dia pun meyakinkan sanksi dari Amerika Serikat (yang dijatuhkan ke Myanmar) tidak akan menghalangi kerja Woodside.
“Sanksi Amerika Serikat sejauh ini menargetkan pada individu dan itu-kan tipikal Amerika. Saya rasa pemerintah dari negara-negara barat sangat berhati-hati terhadap pendekatan yang mereka lakukan pada Myanmar saat ini. Sebab semakin banyak sanksi yang dijatuhkan, semakin mengarah mereka (militer Myanmar) ke Cina dan pihak lain untuk mencari dukungan,” kata Coleman.
Demonstran di Myanmar menyerukan agar perusahaan-perusahaan memboikot aktivitas bisnis mereka dengan militer di negara itu. Coleman mengatakan sejauh ini Woodside belum menjadi sasaran unjuk rasa.
Sumber: Reuters