TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Prancis Emmanuel Macron ikut mengeluhkan distribusi vaksin COVID-19 secara global tidak merata. Untuk mencegah hal itu berkelanjutan, Macron meminta Amerika dan Uni Eropa untuk mengalihkan 5 persen suplai vaksin COVID-19 yang mereka punya.
Macron menyarankan 5 persen suplai vaksin COVID-19 itu diarahkan ke Afrika. Ia berkata, pengembangan vaksin COVID-19 yang mayoritas terpusat di barat telah membuat wilayah dengan kemiskinan tinggi seperti Afrika kelimpungan. Mereka, kata Macron, harus membayar tinggi untuk bisa mendapat vaksin, 2-3 kali lipat dari harga normal.
"Distribusi yang tidak merata ini malah mempercepat kesenjangan global...Kita telah membiarkan situasi di mana ratusan juta vaksin COVID-19 dikuasai negara-negara kaya dan kita belum memikirkan negara-negara miskin," ujar Emmanuel Macron menjelang pertemuan G7 pekan ini, dikutip dari Al Jazeera, Kamis, 18 Februari 2021.
Macron melanjutkan bahwa situasi tersebut harus segera dipecahkan atau kesenjangan akan kian parah. Menurutnya, tidak adil apabila pemberian vaksin harus ditentukan dari di mana seseorang tinggal.
Selain itu, ia juga berpendapat bahwa timpangnya distribusi vaksin COVID-19 juga hasil dari upaya memainkan pengaruh di negara-negara tertentu. Ia menyinggung soal Cina dan Rusia yang menggunakan vaksin-vaksin COVID-19 buatan mereka untuk mengisi kekosongan di sejumlah negara yang mereka pilih secara spesifik.
"Menyumbangkan lima persen tidak akan mengganggu kampanye vaksinasi yang anda punya. Sisihkan sedikit dosis yang kalian punya dan kemudian distribusikan sesegera mungkin ke mereka yang membutuhkan."
"Ini bukan tentang diplomasi vaksin apalagi permainan kekuatan. Ini soal kesehatan publik," ujar Macron yang kemudian menuntut produsen vaksin lebih transparan soal penetapan harga produk mereka.
Pernyatan Macron menyusul komentar senada dari Sekjen PBB Antonio Guterres. Rabu kemarin, Guterres mengeluh distribusi vaksin COVID-19 terlalu timpang ke negara-negara Barat. Selain itu, ia berkata, 75 persen suplai vaksin COVID-19 di dunia dikuasai oleh 10 negara saja di mana menurutnya tidak sehat untuk kelanjutan kampanye vaksinasi global.
Sebagai contoh, kata Guterres, Inggris dan Kanada telah memesan vaksin COVID-19 yang cukup memvaksinasi warganya lebih dari sekali. Sementara di Afrika, kebanyakan negara di sana tidak mampu untuk sekalipun melakukan vaksinasi COVID-19. Total, ada 130 negara yang belum memiliki vaksin COVID-19 satu dosis pun.
Baca juga: PBB: 75 Persen Vaksin COVID-19 Dikuasai 10 Negara
ISTMAN MP | AL JAZEERA