TEMPO.CO, Jakarta - Iran telah memberi tahu pengawas nuklir PBB bahwa mereka berencana untuk memasang lebih banyak sentrifugal IR-2m canggihnya di fasilitas pengayaan uranium bawah tanah di Natanz, kata laporan badan atom internasional IAEA pada Rabu.
"Iran mengindikasikan rencananya untuk memasang dua kaskade tambahan 174 sentrifugal IR-2m di FEP untuk memperkaya...hingga 5% U-235. Ini akan membuat jumlah kaskade sentrifugal IR-2m baik yang direncanakan, dipasang, atau beroperasi di FEP menjadi enam," kata Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dalam sebuah laporan kepada negara-negara anggota, dilaporkan Reuters, 18 Februari 2021.
Sebuah laporan IAEA pada 1 Februari mengatakan Iran telah membawa kaskade kedua, atau klaster, sentrifugal IR-2m yang dihidupkan di Natanz Fuel Enrichment Plant (FEP) dan memasang dua lagi. Kesepakatan Iran dengan negara-negara besar mengatakan itu hanya dapat memperkaya di FEP dengan sentrifugal IR-1 generasi pertama yang jauh lebih tidak efisien daripada IR-2m.
Kanselir Jerman Angela Merkel menelepon Presiden Iran Hassan Rouhani agar Iran mengirimkan pesan positif dengan mematuhi ketentuan perjanjian nuklir 2015.
Dikutip dari Reuters, juru bicara Merkel Steffen Seibert mengatakan pemimpin Jerman itu mengatakan kepada Rouhani bahwa dia khawatir Iran terus melanggar komitmennya berdasarkan kesepakatan, yang ingin dipulihkan oleh Presiden AS Joe Biden jika Iran menghentikan kegiatan nuklirnya. Jerman adalah satu dari enam negara anggota Perjanjian Nuklir Iran 2015 yang dikenal dengan
Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
Pada kesempatan terpisah, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menuntut "tindakan, bukan kata-kata" dari Amerika Serikat jika ingin menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Teheran 2015 dengan kekuatan dunia, menantang Presiden baru Joe Biden untuk mengambil langkah pertama menuju perbaikan.
Kerusakan bangunan setelah kebakaran yang melanda fasilitas nuklir Iran, Natanz, di Isfahan, Iran, 2 Juli 2020.[Organisasi Energi Atom Iran/WANA/REUTERS]
Iran telah menetapkan tenggat waktu minggu depan bagi Biden untuk mulai membalikkan sanksi yang diberlakukan oleh pendahulunya Donald Trump, atau akan mengambil langkah terbesarnya untuk melanggar kesepakatan, yakni melarang inspeksi mendadak oleh pengawas nuklir PBB.
"Kita telah mendengar banyak kata-kata bagus dan janji yang dalam praktiknya telah dilanggar dan tindakan berlawanan telah diambil," kata Khamenei dalam pidato yang disiarkan televisi. "Kata-kata dan janji itu tidak baik. Kali ini (kita ingin) hanya aksi dari pihak lain, dan kita juga akan bertindak."
Baca juga: Iran Minta Joe Biden Buktikan Komitmen Kembali ke Perjanjian Nuklir
Amerika Serikat pada hari Rabu mendesak Iran untuk mundur dan menahan diri dari langkah-langkah yang merugikan janjinya di bawah perjanjian tersebut.
Joe Biden ingin memulihkan pakta di mana Iran setuju untuk mengekang program pengayaan uranium yang disengketakan dengan imbalan pencabutan sanksi. Pencapaian besar pemerintahan Barack Obama itu dibatalkan Trump pada 2018, dengan menyebut kesepakatan itu berpihak pada Iran dan menerapkan kembali berbagai sanksi.
Iran dan Amerika Serikat berselisih tentang siapa yang harus mengambil langkah pertama untuk menghidupkan kembali perjanjian itu. Iran mengatakan Amerika Serikat harus mencabut sanksi Trump terlebih dahulu, sementara Amerika mengatakan Iran harus terlebih dahulu kembali mematuhi perjanjian nuklir, yang mulai dilanggar setelah Trump meluncurkan kampanye "tekanan maksimum".
REUTERS