TEMPO.CO, - Pemerintah Bangladesh akan memindahkan 3-4 ribu pengungsi Muslim Rohingya ke pulau terpencil di Teluk Benggala hari ini dan besok. Meskipun ada potensi badai dan banjir yang menghantam pulau tersebut, pemerintah berkukuh melanjutkannya.
Bangladesh telah merelokasi sekitar 7 ribu orang ke pulau Bhasan Char sejak awal Desember dari kamp-kamp pengungsian. Alasannya ada lebih dari satu juta pengungsi tinggal di gubuk bobrok yang berada di lereng bukit dekat perbatasan Myanmar. Selain itu mereka berdalih kepadatan yang berlebihan di kamp-kamp pengungsi memicu kejahatan.
"Pengungsi Rohingya akan dipindahkan ke Bhasan Char dengan kapal pada hari Senin dan Selasa," kata Komodor Angkatan Laut Rashed Sattar dari pulau itu dikutip dari Channel News Asia, Senin, 15 Februari 2021.
Bangladesh mengatakan relokasi tersebut bersifat sukarela, tetapi beberapa dari pengungsi yang dipindahkan di kloter pertama berbicara tentang pemaksaan.
Pemerintah menampik kerawanan keamanan di pulau itu, dengan alasan sudah ada penahan banjir serta rumah-rumah untuk 100 ribu orang, rumah sakit, dan pusat pemantau topan.
Begitu mereka tiba di Bhasan Char, etnis Rohingya tidak diizinkan meninggalkan pulau itu, yang berjarak beberapa jam perjalanan dari pelabuhan selatan Chittagong.
Bangladesh telah menuai kecaman karena keengganan untuk berkonsultasi dengan badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan badan bantuan lainnya atas relokasi ini. Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi mengatakan badan tersebut belum diizinkan untuk mengevaluasi keselamatan dan keberlanjutan kehidupan di pulau itu.
"Proses pemindahan Rohingya akan berlanjut. Mereka pergi ke sana dengan bahagia untuk kehidupan yang lebih baik," kata Mohammad Shamsud Douza, wakil pejabat pemerintah Bangladesh yang bertanggung jawab atas pengungsi.
Menurut Douza, prioritas utama negaranya adalah memulangkan para pengungsi ini ke tanah air mereka, Myanmar, dengan cara yang bermartabat dan berkelanjutan.
Bangladesh telah meminta Myanmar untuk melanjutkan proses repatriasi sukarela pengungsi Rohingya yang terhenti, karena tekanan internasional meningkat pada para pemimpin militer menyusul kudeta, yang mengurangi harapan para pengungsi untuk kembali ke rumah.
"Saya tidak melihat masa depan bagi kamim Sedikit harapan yang kami miliki untuk kembali ke tanah air kami hancur setelah kudeta," kata pengungsi Rohingya berusia 42 tahun, yang memilih ikut rencana pemerintah Bangladesh pindah ke pulau itu.
BACA JUGA: Warga Bangladesh Mulai Suntik Vaksin Virus Corona
Sumber: