TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu tim investigasi, yang dipimpin WHO, mengklaim Cina telah menolak memberikan data mentah kasus-kasus awal Covid-19. Kondisi ini kemungkinan berpotensi mempersulit upaya untuk mencari tahu bagaimana wabah virus corona bermula.
Tim sebelumnya telah meminta data mentah pasien positif Covid-19 yang jumlahnya ada 174 kasus atau yang Cina mengidentifikasinya fase awal wabah virus corona di Kota Wuhan, Cina pada Desember 2019. Dominic Dwyer, ahli bidang penyakit infeksius dari Australia, yang merupakan anggota tim itu, mengatakan Cina hanya memberikan sebuah data kesimpulan.
Data mentah atau yang dikenal dengan nama daftar baris, biasanya akan dianonimkan. Akan tetapi, data ini mengandung detail informasi seperti pertanyaan – pertanyaan yang ditanyakan oleh pasien, bagaimana tubuh mereka merespon dan bagaimana respon mereka dianalisa.
“Itu adalah standar praktek untuk investigasi sebuah wabah,” kata Dwyer, Sabtu, 13 Januari 2021.
Menurutnya, penting untuk bisa mendapatkan akses pada data mentah mengingat separuh dari total 174 kasus itu tertular dari Pasar Huanan. Pasar Huanan adalah pusat grosir makanan laut (seafood) di jantung Ibu Kota Wuhan, di mana virus corona pertama kali terdeteksi.
“Untuk itulah kami konsisten meminta itu (data). Mengapa ini tidak terjadi (tidak dituruti), saya tidak bisa berkomentar. Apakah ini (karena) politik atau waktu atau ini sulit. Apapun alasannya, kenapa datanya tidak ada. Saya tidak tahu,” kata Dwyer.
Petugas keamanan berjaga di depan pasar saat tim WHO penyelidik asal-usul virus corona mengunjungi pasar makanan laut Huanan di Wuhan, provinsi Hubei, Cina, Ahad, 31 Januari 2021. Pasar Huanan masih berperan dalam menelusuri asal-usul virus, sejak cluster kasus pertama teridentifikasi di sana. REUTERS/Thomas Peter
Baca juga: Melacak Covid-19 ke Wuhan, Tim Peneliti Masih Ragu Soal Kelelawar
Dwyer mengakui otoritas Cina memberikan banyak bahan informasi. Sedangkan mengenai akses ke data mentah pasien akan disebutkan dalam laporan akhir tim.
“Orang-orang di WHO pasti merasa kalau mereka sudah menerima lebih banyak data dari yang mereka terima pada tahun sebelumnya. Jadi, itu sendiri merupakan sebuah kemajuan,” kata Dwyer.
WHO pada Jumat, 12 Februari 2021, mengatakan rencananya keseimpulan hasil temuan tim pencari fakta WHO akan dipublikasi awal pekan depan.
Investigasi yang dipimpin WHO telah mengalami keterlambatan, waswas atas akses data yang bakal diberikan atau tidak diberikan oleh Cina dan pertengkaran antara Beijing dengan Washington, yang menuding Cina menyembunykan sejauh mana awal-awal wabah virus corona ini terjadi serta kritikan atas kunjungan tim ahli dari Cina yang melakukan riset tahap pertama ke lokasi.
Sumber: Reuters