TEMPO.CO, Jakarta - Untuk kedua kalinya perayaan Tahun Baru Cina atau Imlek terdampak pandemi COVID-19. Di Amerika, warga-warga keturunan Cina memutuskan untuk tidak menggelar perayaan secara besar-besaran karena situasi pandemi yang masih buruk di sana. Sebagai alternatif, mereka memilih untuk merayakan Imlek secara jarak jauh atau virutal.
Bagi para pengusaha di Chinatown (Pecinan), ini mimpi buruk untuk kedua kalinya. Dalam situasi normal, usaha-usaha di Chinatown bisa menaikkan omzet hingga 30 persen dibanding biasanya. Sekarang, dengan adanya pandemi COVID-19, toko tidak seramai biasanya karena adanya berbagai pembatasan sosial yang diterapkan pemerintah.
"Ini tidak akan sama dibanding biasanya, mendekati pun tidak," ujar Malcolm Yeung, Direktur Esekutif dari Komunitas Chinatown San Francisco, dikutip dari CNN, Jumat, 12 Februari 2021.
Yeung mengatakan, dia nyaris tidak mengerjakan apapun terkait festival Hari Raya Imlek tahun ini. Biasanya, jauh-jauh hari ia sudah sibuk mempersiapkan festival bunga dan parade Imlek, lengkap dengan Barongsai. Sekarang, dia hanya mempersiapkan acara-acara online untuk menjaga tradisi.
Seorang wanita memilah-milah jimat keberuntungan untuk Tahun Sapi menjelang Tahun Baru Imlek di tengah pandemi COVID-19 di Chinatown di Manila, Filipina, 11 Februari 2021. REUTERS/Eloisa Lopez
Hal senada dialami oleh Chi Vy Ngo, pemilik restoran Bo Ky di Chinatown New York. Ia sudah pasrah soal pemasukan selama periode Imlek tahun ini.
Sebelum-sebelumnya, ia sudah harus bersiap menghadapi lonjakan pengunjung sejak seminggu sebelum Imlek. Tahun ini, untuk bertahan hidup saja dia harus membuka bisnis sampingan yaitu berjualan kebutuhan dapur dan bahan makanan.
"Saya memprediksi setidaknya bakal ada 30-40 kilogram daging babi bakal terjual untuk kemudian dibawa ke rumah dan dimasak sendiri. Untuk menu makanan biasanya, kami hanya melayani 30 persen dari apa yang ada," ujar Ngo, sehari sebelum Imlek.
Untuk dirinya sendiri, Ngo mengatakan dia akan menghubungi keluarga-keluarganya saja via telepon atau video conference. Menurutnya, hal itu lebih baik daripada tidak ada kumpul keluarga sama sekali.
Susan Allen, Presiden dari Pan Asian American Chamber of Education Foundation, menyatakan hal senada. Ia berkata, kebanyakan keluarga yang merayakan Imlek telah beralih ke perayaan virtual tahun ini. Walau begitu, bukan berarti tidak bisa dirayakan secara meriah.
"Kemungkinan mereka akan melakukan video conference dengan tv besar di ruang utama lalu ngobrol, makan bersama, dan membunyikan musik keras-keras untuk anggota keluarga yang lebih senior," ujar Allen soal perayaan Imlek di Amerika.
Baca juga: Cuan Eks Guru Honorer Budidaya Ikan Cupang, Penghasilan Rp 40 Juta Sebulan
ISTMAN MP | CNN