Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kudeta Myanmar Mempersatukan Kelompok Etnis yang Bertentangan

image-gnews
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Perjuangan untuk mengakhiri kudeta mendorong kelompok-kelompok etnis di Myanmar yang selama ini berbeda pandangan untuk bersatu. Mereka sekarang membawa pesan yang sama, mendesak militer Myanmar untuk mengakhiri kudeta, mengakui hasil pemilu, dan membebaskan tahanan politik.

Salah satunya dinyatakan oleh Saw Mutu Saypho, pemimpin dari kelompok etnik bersenjata, Persatuan Karen Nasional (KNU). Ia meminta kelompok etnik manapun untuk menyingkirkan perbedaan dan bersama-sama menghentikan kudeta Myanmar.

"Kita harus bekerjasama untuk bisa mengakhiri kediktatoran ini," ujar Saypho, dikutip dari Channel News Asia, Jumat, 12 Februari 2001.

Kepada internal kelompoknya sendiri, Saypho pun mengimbau mereka untuk tidak menerima tawaran apapun dari junta militer. Pemimpin militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing, dikabarkan membagi-bagikan posisi di pemerintahan kepada pimpinann-pimpinan kelompok etnik demi mengamankan pengaruhnya.

Dari KNU, sudah ada satu figur yang menerima tawaran posisi di pemerintahan. Ia adalah Phado Man Nyein Maung, mantan pemimpin senior dari KNU. Maung mengklaim eksperimen demokrasi di Myanmar sudah gagal sehingga jalan terbaik adalah bergabung dengan junta.

Selain KNU, kelompok etnik yang juga menentang kudeta Myanmar adalah Pasukan Budha Karen Demokratik (DKBA). Pecahan dari KNU itu turut serta dalam unjuk rasa di Myanmar beberapa hari terakhir. Sambil membawa senapan, mereka ikut berhadapan dengan aparat yang mencoba memukul mundur pendemo.

Sosok Min Aung Hlaing kembali disorot bersamaan dengan dugaan penindasan yang dilakukan militer terhadap Muslim Rohingya pada 2017. Penyelidik PBB mengatakan operasi militer Myanmar termasuk pembunuhan massal, pemerkosaan geng dan pembakaran yang meluas dan dilakukan dengan niat genosida. REUTERS/Ann Wang

Masih banyak lagi kelompok etnik yang bergabung ke perjuangan yang sama. Beberapa nama lain yang bisa disebut adalah Pasukan Pembebasan Nasional Ta'ang (TNLA), Dewan Restorasi Shan (RCSS), Tentara Arakan (AA), Pasukan Kemerdekaan Kachin (KIA), dan masih banyak lagi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Semoga kediktatoran militer di Myanmar jatuh," ujar pemimpin TNLA di laman Facebook-nya, sambil memberikan salam tiga jari, salut dari film Hunger Games yang menjadi simbol pemberontakan di Asia Tenggara.

Selama ini, kelompok-kelompok etnik tersebut terpecah-pecah ke berbagai wilayah. Ada yang di utara, selatan, maupun wilayah lainnya. Mereka "tersingkirkan" oleh dominasi Buddhis Bamar yang menjadi mayoritas di Myanmar. Sebagai minoritas, kelompok-kelompok etnik merasa termarginalkan dan ditekan.

Banyak dari mereka menganggap kepemimpinan Penasehat Negara Aung San Suu Kyi, sebelum dikudeta, gagal. Mereka tidak merasakan damai antar etnik yang dijanjikan olehnya dalam kampanye beberapa tahun lalu.

Meski menganggap kepemimpinan Suu Kyi gagal, beberapa kelompok etnik juga ragu merapat ke kubu Min Aung Hlaing. Hal itu berkaitan dengan pembantaian kelompok minoritas Rohingya di Rakhine pada 2017. Hal itu dianggap menjadi preseden buruk soal kepemimpinan militer.

Min Aung Hlaing dikabarkan mencoba menyingkirkan anggapan tersebut dan merangkul para pemimpin kelompok etnik. Ia menjual janji Aung San Suu Kyi yang belum ditepati. Namun, ia menambahkannya dengan tawaran bergabung ke pemerintahan Myanmar seperti disebutkan sebelumnya.

Baca juga: 10 Pejabat Militer Myanmar Kena Sanksi Amerika Karena Kudeta

ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

19 jam lalu

Seorang tentara dari Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA) berpatroli dengan kendaraan, di samping area yang hancur akibat serangan udara Myanmar di Myawaddy, kota perbatasan Thailand-Myanmar di bawah kendali koalisi pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Persatuan Nasional Karen, di Myanmar, 15 April 2024. REUTERS/Athit Perawongmetha
Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.


Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

6 hari lalu

Seorang personel militer berjaga, ketika 200 personel militer Myanmar mundur ke jembatan ke Thailand pada hari Kamis setelah serangan selama berhari-hari oleh perlawanan anti-junta, yang menyatakan mereka telah memenangkan kendali atas kota perbatasan Myawaddy yang penting, yang terbaru dalam sebuah serangkaian kemenangan pemberontak, dekat perbatasan Thailand-Myanmar di Mae Sot, provinsi Tak, Thailand, 11 April 2024. REUTERS/Soe Zeya Tun
Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

Menlu Thailand Parnpree Bahiddha-Nukara tiba di perbatasan dengan Myanmar untuk meninjau penanganan orang-orang yang melarikan diri dari pertempuran.


Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

6 hari lalu

Seorang anggota pemberontak Pasukan Pertahanan Kebangsaan KNDF Karenni menyelamatkan warga sipil yang terjebak di tengah serangan udara, selama pertempuran untuk mengambil alih Loikaw di Negara Bagian Kayah, Myanmar 14 November 2023. REUTERS/Stringer
Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

Thailand membuka menyatakan bisa menampung maksimal 100.000 orang warga Myanmar yang mengungsi.


Mantan Menlu Australia Julie Bishop Ditunjuk Sebagai Utusan Khusus PBB untuk Myanmar

11 hari lalu

Julie Bishop. Reuters
Mantan Menlu Australia Julie Bishop Ditunjuk Sebagai Utusan Khusus PBB untuk Myanmar

Mantan menlu Australia Julie Bishop ditunjuk sebagai utusan pribadi Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk Myanmar.


Sekjen PBB akan Tunjuk Utusan Khusus untuk Atasi Krisis Myanmar

13 hari lalu

Seorang anggota pemberontak Pasukan Pertahanan Kebangsaan KNDF Karenni menyelamatkan warga sipil yang terjebak di tengah serangan udara, selama pertempuran untuk mengambil alih Loikaw di Negara Bagian Kayah, Myanmar 14 November 2023. REUTERS/Stringer
Sekjen PBB akan Tunjuk Utusan Khusus untuk Atasi Krisis Myanmar

Meluasnya konflik bersenjata di seluruh Myanmar membuat masyarakat kehilangan kebutuhan dasar dan akses terhadap layanan penting


5 WNI Terjerat Online Scam di Myanmar

14 hari lalu

Judha Nugraha, Direktur perlindungan WNI & BHI Kementerian Luar Negeri. antaranews.com
5 WNI Terjerat Online Scam di Myanmar

Kementerian Luar Negeri sedang bekerja sama dengan KBRI Yangon dan KBRI Bangkok menangani kasus lima WNI terjerat online scam.


Dubes Jose: Rusia Mitra Tepat untuk Kembangkan PLTN di Indonesia

20 hari lalu

Duta Besar RI untuk Federasi Rusia, Jose Tavares. ANTARA/HO-KBRI Moskow.
Dubes Jose: Rusia Mitra Tepat untuk Kembangkan PLTN di Indonesia

BUMN energi nuklir Rusia, Rosatom, telah sejak lama menawarkan kerja sama pengembangan PLTN ke Indonesia


Fadli Zon Dorong Perdamaian Myanmar

22 hari lalu

Fadli Zon Dorong Perdamaian Myanmar

Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI, Fadli Zon, memimpin pertemuan bilateral yang penting dengan Delegasi Parlemen Myanmar dalam Pengasingan di Sidang Parlemen Dunia (IPU) di Jenewa, Swiss.


Bentrok di Rakhine, MER-C Minta Rumah Sakit Tak Diusik Pihak Bertikai Myanmar

23 hari lalu

Seorang pria memegang perangkat rakitan selama protes menentang kudeta militer, di Yangon, Myanmar, Sabtu, 27 Maret 2021. REUTERS / Stringer
Bentrok di Rakhine, MER-C Minta Rumah Sakit Tak Diusik Pihak Bertikai Myanmar

Ketua Presidium MER-C berharap Rumah Sakit Indonesia di Rakhine menjadi tempat netral di tengah konflik bersenjata Myanmar.


Junta Myanmar: Pemilu Berikutnya Mungkin Tak Diselenggarakan secara Nasional

23 hari lalu

Pemimpin junta Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing, yang menggulingkan pemerintah terpilih melalui kudeta pada 1 Februari 2021, memimpin parade tentara pada Hari Angkatan Bersenjata di Naypyitaw, Myanmar, 27 Maret 2021. REUTERS/Stringer
Junta Myanmar: Pemilu Berikutnya Mungkin Tak Diselenggarakan secara Nasional

Junta Myanmar mengumumkan bahwa pemilu Myanmar berikutnya berpotensi tak diselenggarakan secara nasional.