TEMPO.CO, - Massa pendukung demokrasi di Thailand kembali turun ke jalan setelah sempat vakum beberapa waktu akibat pandemi Covid-19. Unjuk rasa menentang kudeta di Myanmar yang berlangsung sejak akhir pekan memantik semangat mereka untuk melanjutkan unjuk rasa.
“Jika hari ini Myanmar, tetangga kita, bisa mengalahkan kudeta ini, maka kita juga akan menang, tapi jika mereka tidak bisa mengatasi maka kita jangan putus asa,” kata salah satu pemimpin aksi, Panupong Jadnok, dikutip dari Channel News Asia, Rabu, 10 Februari 2021.
Para pemimpin aksi menyatakan unjuk rasa hari ini menandakan dimulainya kembali demonstrasi jalanan tahun lalu. Aksi ini sempat terganggu oleh gelombang kedua infeksi virus corona yang telah membuat kasus positif Covid-19 di Thailand meningkat lima kali lipat sejak pertengahan Desember.
Unjuk rasa ini sekaligus menuntut pembebasan empat aktivis yang dipenjara sehari sebelumnya karena menghina raja Thailand. "Hari ini adalah pertemuan pertama, pembukaan pertama dan pertempuran setelah sistem yang tidak adil memenjarakan teman-teman kami," ucap Panupong.
Sekitar seribu pengunjuk rasa berkumpul saat malam tiba, beberapa memegang tanda yang bertuliskan "bebaskan teman kami" dan "hapus 112", mengacu pada pasal hukum pidana Thailand yang mengatur penghinaan kerajaan. Demontran lainnya memukul panci logam bertuliskan nomor 112.
Sebelumnya lebih dari 40 anggota parlemen oposisi Thailand mengajukan proposal untuk merevisi pasal tersebut.
Baca juga: Setelah Thailand, Salam Tiga Jari Hunger Games Muncul di Kudeta Myanmar