TEMPO.CO, Jakarta - Tim penyelamat menggunakan mesin berat dan bekerja hingga sepanjang malam memindahkan puing-puing yang menutup jalan masuk ke terowongan Tapovan, tempat dimana 35 pekerja terjebak. Musibah ini terjadi setelah sebuah glasier runtuh dari puncak pegunungan Himalaya pada Minggu, 7 Februari 2021.
Sejauh ini, tim penyelamat telah menembus kedalaman 120 meter dari sebuah terowongan yang panjangnya 2,5 kilometer. Upaya penyelamatan tak bisa dilakukan cepat-cepat karena banyaknya air dan lumpur yang terus merembes ke dalam terowongan.
Baca juga: 35 Pekerja Terjebak di Terowongan Dua Hari Setelah Longsor Himalaya
Di luar terowongan, tim medis bersiaga dengan tabung oksigen dan tandu. Keluarga korban pun ikut menunggu dengan cemas.
Tim penyelamat tampak berpacu dengan waktu. Para pekerja itu sudah terjebak dalam terowongan tersebut selama dua hari setelah bendungan hidroelektrik, yang sedang dibangun oleh para pekerja itu hancur tersapu dari runtuhnya glasier.
Glasier tersebut runtuh hingga mengaliri sungai Himalaya. Dahsyatnya bencana alam itu juga menghancurkan beberapa jembatan, membuat beberapa desa menjadi terisolir dan landskap pegunungan menjadi rusak.
Ke-35 pekerja itu adalah bagian dari total 197 orang yang masih belum ditemukan (hilang) akibat bencana alam tersebut. Glacier yang ada di puncak tertinggi kedua Himalaya di India, yang bernama Nanda Devi, runtuh atau longsor menyapu apapun yang dilalui hingga ke sungai Dhauliganga pada Minggu, 7 Februari 2021.
Alat thermal imaging telah dikerahkan untuk membantu menentukan posisi persis para pekerja yang terjebak. Kepala Menteri Uttarakhand Trivendra Singh Rawat, mengatakan sejauh ini pihaknya telah menemukan 28 jenazah pekerja.
Ada 13 desa yang terisolir akibat musibah runtuhnya gleiser Himalaya ini. Menteri Dalam Negeri Amit Shah mengatakan kepada parlemen pihaknya sementara menerjunkan bantuan bagi warga desa yang terjebak itu lewat udara.