TEMPO.CO, Jakarta - Demonstran dan aparat kepolisian Myanmar bentrok dalam unjuk rasa di Ibu Kota Naypyitaw, Selasa, 9 Februari 2021. Unjuk rasa tersebut melawan kudeta militer, yang menggulingkan Penasehat Negara sekaligus pemimpin de facto Aung San Suu Kyi.
Seorang dokter mengatakan ada satu demonstran yang tampaknya selamat dari tembakan di bagian kepala. Tiga demonstran di rawat di rumah sakit karena mengalami luka-luka, yang diduga berasal dari peluru karet setelah aparat kepolisian melepaskan tembakan, yang sebagian besar tembakan ke udara.
Dalam bentrokan itu, aparat kepolisian juga menggunakan meriam air agar bisa membubarkan pengunjuk rasa. Televisi di Myanmar menyiarkan korban luka-luka dalam bontrokan Selasa kemarin saat aparat kepolisian mencoba membubarkan pengunjuk rasa.
Unjuk rasa melawan kudeta militer dalam tiga hari terakhir ini adalah yang pertama kali terjadi di negara yang dulu bernama Burma. Sedangkan bentrokan pada Selasa kemarin, adalah unjuk rasa pertama yang berakhir dengan korban luka.
Baca juga: https://www.tempo.co/tag/myanmar
Kudeta militer Myanmar dipimpin oleh Panglima Militer Min Aung Hlaing pada 1 Februari 2021. Dia menggulingkan Suu Kyi dan menahannya beserta beberapa politikus dari Partai Liga Nasional Demokrasi (NLD). Militer Myanmar menuduh kemenangan NLD dalam pemilu November 202 lalu karena ada penipuan.
Dua anggota parlemen dari Partai NLD mengatakan pada Selasa malam, 9 Februari 2021, Kepolisian Myanmar menggeledah kantor pusat NLD di Kota Yangon. Penggeledahan dilakukan oleh puluhan anggota Kepolisian.
PBB menyerukan agar aparat keamanan Myanmar menghormati hak-hak masyarakat yang ingin berunjuk rasa dengan damai. Ola Almgren, Perwakilan PBB di Myanmar mengatakan penggunaan kekerasan untuk melawan demonstran adalah hal yang tidak bisa diterima.
Sumber: Reuters