TEMPO.CO, - Para pemuda di Myanmar terus mengekspresikan perlawanannya terhadap kudeta militer. Tren terbaru pemuda Myanmar memilih merajah tubuhnya dengan kata-kata perjuangan.
Seniman tato Naypyidaw, Ko Sanay, mengatakan pelanggannya ingin pengingat permanen akan penolakan mereka terhadap kediktatoran. Permintaan paling populer saat ini adalah tato penggalan lirik lagu revolusi lama "Kabar Ma Kyay Bu" yang berarti "Kami Tidak Akan Melupakan Sampai Akhir Dunia".
Tato-tato antikudeta ini dilukis dengan tinta berwarna merah dan karakter dalam bahasa Burma. "Kami sepenuhnya menentang kediktatoran militer. Kami memerangi mereka (dengan cara apa pun yang kami bisa)," katanya kepada AFP seperti dikutip dari Channel News Asia, Senin, 8 Februari 2021.
Zaw Myo Htut, seorang pelanggan, mengatakan lirik lagu itu beresonansi dengannya dan inilah alasan mengapa dia memilih sebagai atonya. "Saya merasa marah dengan emosi yang tersisa," ucap dia.
Baca juga: Junta Militer Myanmar Akhirnya Beri Pernyataan Soal Kudeta dan Unjuk Rasa
Menyuarakan aspirasi politik lewat tato bukan pertama kalinya populer di Myanmar. Menjelang pemilu demokratis pertama pada 2015 terdapat tren tato wajah Aung San Suu Kyi. Tato ini semakin marak ketika partainya memenangkan pemungutan suara secara telak.
Di Yangon, seniman tato John Gyi mengatakan hal itu membuatnya terhibur mengetahui karya seninya secara kecil membantu memajukan gerakan pro-demokrasi. "Saya tidak suka kediktatoran militer, jadi saya mentato mereka yang memiliki ide yang sama dengan saya," ucap dia.
John menjelaskan dia telah menyelesaikan 10 tato Aung San Suu Kyi, pemimpin terpilih Myanmar, sejak militer menahannya pada Senin pekan lalu.
CHANNEL NEWS ASIA
https://www.channelnewsasia.com/news/asia/myanmar-coup-young-residents-get-tattoos-in-show-of-resistance-14139352