TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Haiti pada Minggu, 7 Januari 2021, menahan hampir 20 orang, termasuk seorang hakim Mahkamah Agung (MA), atas tuduhan bersekongkol menggulingkan Presiden Haiti, Jovonel Moise. Penahanan ini telah memperburuk ketegangan politik di negara itu.
Perdana Menteri Haiti, Joseph Jouthe, mengatakan ada seorang pejabat senior kepolisian berada di antara total 23 orang yang ditahan. Dalam penahanan itu, disita pula uang, senjata dan amunisi.
“Orang-orang ini telah melakukan kontak dengan pejabat keamanan istana dan pejabat tinggi istana dengan misi menahan presiden dan untuk memfasilitasi penunjukkan seorang presiden baru,” kata Jouthe.
Jovonel Moise, Presiden Haiti. Sumber: Reuter
Baca juga: Anggota DPR Haiti Tembakan Pistol saat Demonstrasi
Presiden Moise tak lama kemudian memberi keterangan kalau persekongkolan itu ditujukan untuk membuat sebuah kerusakan dalam hidupnya. Moise sedang dalam perjalanan untuk sebuah acara peluncuran karnaval tahunan di Kota Jacmel
Sebelumnya pada pekan ini beberapa politikus oposisi di Haiti mengumumkan sebuah rencana untuk menggantikan Presiden Moise dengan kepala negara yang baru. Mereka menuding Presiden Moise telah bertindak otoriter dan menimbulkan kekacauan ekonomi. Haiti telah menjadi negara paling miskin di wilayah paling barat bumi.
Sebelumnya pada Minggu pagi, 7 Februari 2021, unjuk rasa anti-pemerintah bentrok dengan aparat kepolsiian di Port-Au-Prince. Aparat kepolisian melepaskan tembakan gas air mata pada para demonstran. Unjuk rasa melawan Pemerintahan Moise juga merebak di beberapa kota lain di Haiti.
Kubu oposisi berencana meminta masyarakat sipil dan beberapa pemimpin oposisi di negara itu untuk memilih presiden yang baru dari salah satu hakim Mahkamah Agung, ketimbang menunggu pemilu presiden Haiti yang dijadwalkan pada September 2021. Moise mengatakan dia hanya akan menyerahkan tampuk kekuasaan pada pemenang pemilu, namun tidak akan mengundurkan diri sampai masa jabatan pemerintahannya berakhir pada 2022.
Sumber: https://www.reuters.com/article/worldNews/idUSKBN2A70QO