TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan merespon insiden di mana pegawai RS Mata Singapura menerima suntikan vaksin COVID-19 dengan dosis berlebih. Mengacu pada data dari produsen vaksin COVID-19, Kemenkes Singapura menyakini insiden tersebut tidak akan berujung pada rekasi berbahaya.
"Data uji klinis dari Pfizer-BioNTech mengindikasikan bahwa menerima suntikan vaksin COVID-19 lebih dari jumlah yang direkomendasikan kemungkinan tidak berbahaya," Ujar Kementerian Kesehatan Singapura dalam keterangan persnya, dikutip dari Channel News Asia, Ahad 7 Februari 2021.
Diberitakan sebelumnya, seorang pegawai RS Mata Singapura menerima lima dosis suntikan vaksin COVID-19 pada Januari lalu. Hal itu dipicu kelalaian petugas vaksinasi COVID-19 yang tidak mengecek kembali apakah vaksin sudah sesuai dengan dosis seharusnya.
Untungnya, pegawai terkait tidak menerima gejala atau reaksi buruk apapun. Meski sampai harus dirawat di rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut, kondisinya stabil. Setelah dua hari dirawat di rumah sakit, dirinya dipersilakan untuk pulang.
Kementerian Kesehatan Singapura melanjutkan bahwa kasus di RS Mata tersebut terisolir sifatnya. Dengan kata lain, tidak ada kasus serupa sejauh data yang mereka terima.
Secara terpisah, RS Mata Singapura menjelaskan kenapa insiden itu baru diungkap ke publik beberapa pekan kemudian. Mereka berdalih ingin memastikan kondisi pegawai terkait aman dahulu. Selain itu, untuk memfokuskan diri pada evaluasi penyuntikan vaksin COVID-19 di RS Mata Singapura.
"Setelah kejadian itu, kami langsung menghentikan sementara vaksinasi COVID-19 di RS Mata Singapura. Kami fokus melakukan investigasi dan menetapkan sejumlah aturan untuk memastikan peristiwa serupa tak terjadi," ujar RS Mata Singapura soal penanganan insiden salah dosis vaksin COVID-19 itu.
Baca juga: Pegawai RS Singapura Tak Sengaja Disuntik 5 Dosis Vaksin COVID-19
ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA