TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi COVID-19 ternyata berdampak terhadap angka kelahiran di Italia. Kurang lebih sembilan bulan pandemi COVID-19 terjadi di Italia, angka kelahiran di sana merosot tajam hingga 21, 6 persen.
Angka tersebut didapati oleh badan statistik italia, ISTAT, pada Desember lalu. Usai melakukan survei dengan sample 15 kota, mereka mendapati angka kelahiran terus menurun. Dan, hal itu diperburuk dengan menurunnya angka pernikahan hingga 50 persen lebih.
"Itu faktor yang kemungkinan akan memperburuk penurunan angka kelahiran ke depannya," ujar kepala ISTAT, Gian Carlo Blangiardo, dikutip dari Reuters, Jumat, 5 Februari 2021.
Penurunan ini sebenarnya sudah diprediksi sebelumnya. Pakar-pakar demografis pernah menyatakan bahwa angka kelahiran bayi di Eropa akan menurun di tahun 2021. Hal itu mengacu pada bagaimana berbagai negara harus melakukan lockdown akibat COVID-19.
Menurut laporan Reuters, survei di lima negara Eropa pada Maret dan April lalu mendapati banyak responden membatalkan niatnya untuk memiliki anak. Saat itu, lockdown lagi diberlakukan di berbagai tempat.
Pernyataan senada disampaikan oleh Jerman. Badan Statistik Jerman (Institusi Federal untuk Riset Populasi) menyatakan 2020 adalah tahun pertama sejak 2011 di mana populasi mereka tidak bertambah. Hal itu karena berbagai faktor mulai dari batalnya niat untuk memiliki anak hingga tidak adanya imigrasi akibat lockdown.
Walau begitu, Jerman menyakini tren itu tidak akan bertahan lama. Mereka menyatakan bahwa penjualan alat tes dan vitamin untuk perempuan yang mengandung menunjukkan peningkatan beberapa bulan terakhir.
"Semakin besar potensi perlambatan ekonomi, semakin besar dampaknya terhadap angka kelahiran. Di negara yang memberikan tunjangan kelahiran seperti Jerman (Kindergeld), mungkin dampaknya tidak begitu negatif (begitu situasi membaik)," ujar Deputi Direktur dari Institusi Federal untuk Riset Populasi Jerman, Martin Bujard.
Baca juga: Pertama Kalinya Populasi Korea Selatan Mengalami Penurunan
ISTMAN MP | REUTERS