TEMPO.CO, Jakarta - Kudeta Myanmar tak menghalangi para anggota parlemen untuk menggelar pengucapan sumpah jabatannya. Dikutip dari Channel News Asia, beberapa dari mereka memutuskan untuk menggelar pengucapan sumpah jabatan dari rumah dinas mereka di Naypyitaw.
Salah satu anggota parlemen dari partai National League for Democracy (NLD), Phyu Phyu Thin, mengatakan bahwa itulah cara mereka melawan kudeta Myanmar. Ia berkata, jangan sampai kudeta menghalangia ia dan kolega-koleganya untuk berbakti kepada Myanmar.
"Kam bisa menggelar rapat atau sidang parlemen dari manapun, kapanpun, selama anggota-anggotanya berkumpul. Kepercayaan yang diberikan oleh para pemilih tak bisa dihapus," ujar Phyu Phyu Thin, Jumat, 5 Februari 2021.
Phyu Phyu Thin melanjutkan, ia akan mencoba mengajak anggota parlemen lainnya, yang belum menyatakan sumpah, untuk mengikuti langkahnya. Rencana ia, begitu semua anggota parlemen terpilih sudah mengucapkan sumpah jabatannya, kegiatan-kegiatan legislatif akan digelar dan disebar secara online.
"Kami akan mencoba melawan sikap diktator militer Myanmar. Kami, sebagai anggota parlemen, memiliki semangat yang sama dengan warga Myanmar yaitu semangat menghapus teror yang disebar militer," ujarnya menegaskan.
Seorang wanita nampan dari besi saat melakukan aksi protes terhadap kudeta militer di Yangon, Myanmar, 4 Februari 2021. Militer Myanmar mengatakan mengambil alih kekuasaan di negara itu selama satu tahun ke depan. REUTERS/Stringer
Seperti diberitakan sebelumnya, kudeta Myanmar berlangsung sejak hari Senin, 1 Februari 2021. Militer Myanmar, yang dipimpin oleh Jenderal Min Aung Hlaing, merebut pemerintahan yang ada. Hal itu dimulai dengan menangkap sejumlah pejabat negara Myanmar, pemecatan para menteri yang bertugas, hingga pembatalan pelantikan di Parlemen. Beberapa yang mereka tangkap adalah Penasehat Negara Aung San Suu Kyi serta Presiden Win Myint.
Adapun kudeta tersebut sudah disinyalkan sejak tahun lalu ketika partai militer Myanmar, USDP (Union Solidarity and Development Party), kalah dari partai sipil pimpinan Aung San Suu Kyi, NLD (National League for Democracy). USDP menganggap ada kecurangan di pemilu tersebut sehingga menyakini pemerintahan yang ada sekarang tidak sah.
Melawan kudeta tersebut, warga Myanmar melakukan berbagai kegiatan tanda pemberontakan. Misalnya, di hari Selasa, mereka beramai-ramai memukul perkakas dapur yang merupakan tradisi mengusir roh jahat. Contoh lain, para dokter menggelar mogok kerja. Di Mandalay, unjuk rasa anti-kudeta Myanmar berlangsung untuk pertama kalinya.
Untuk menekan perlawanan, militer Myanmar kemudian memblokir media sosial Facebook dan platform-platform lain yang terafiliasi dengannya. Mereka menganggap media sosial menyebar berita bohong dan misinformasi terkait kudeta Myanmar.
Baca juga: Myanmar Blokir Media Sosial, Rakyat Andalkan VPN dan Signal
ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA