TEMPO.CO, Jakarta - Cina berencana memperkuat pendidikan jasmani di sekolah-sekolah untuk membuat para siswa laki-laki makin maskulin. Hal itu mulai dari memperbarui silabus hingga menambah jumlah tenaga guru pendidikan jasmani.
Dikutip dari kantor berita Reuters, rencana itu adalah respon atas paparan Konferensi Konsultasi Politik Rakyat Cina. Dalam paparan tersebut dikatakan bahwa anak-anak Cina sekarang, terutama laki-laki, cenderung lemah lembut, pemalu, dan feminin dibanding sebelumnya.
Di kalangan warga, rencana itu menjadi bahan perdebatan. Perdebatan berlangsung antara mereka yang mendukung keberagaman serta mereka yang sepaham dengan pemerintah. "Sulit membayangkan anak laki-laki yang feminin akan mempertahankan Cina ketika invasi terjadi," ujar salah seorang netizen Weibo, Rabu, 3 Februari 2021.
Seperti kebanyakan negara di Asia, Cina memiliki pandangan bias soal bagaimana sebaiknya anak laki-laki berprilaku. Dalam tradisinya, anak laki-laki harus maskulin. Namun, karena Cina menerapkan aturan "Satu Anak", maka kebanyakan anak laki-laki cenderung dimanja oleh orang tuanya.
Perlakuan dimanja itu yang dianggap pemerintah Cina jadi dalang anak laki-laki sekarang cenderung lemah lembut, pemalu, dan feminin. Mereka ingin anak laki-laki Cina lebih maskulin. Oleh karenanya, mereka mendukung jika keluarga-keluarga Cina memasukkan anak laki-laki mereka ke "kamp pelatihan" yang menerapkan gaya militeristik.
Seorang guru membantu murid-muridnya belajar tentang tanaman di sebuah taman kanak-kanak di Changsha, Provinsi Hunan, Cina, 2 September 2020. Taman kanak-kanak tersebut menumbuhkan kesadaran anak-anak untuk menghargai makanan sejak usia dini dan membantu mereka membentuk kebiasaan makan yang baik. Xinhua/Chen Zeguo
Pakar studi gender Li Jun memandang rencana pemerintah Cina itu sebagai bukti bahwa pandangan tradisional soal laki-laki dan perempuan masih bertahan. Dan, menurut ia, hal itu berlawanan dengan tren keberagaman serta kesetaraan gender yang berlaku sekarnag.
"Rencana itu seperti memandang sikap feminin (pada anak laki-laki) sebagai hal yang negatif dan berbahaya sementara sikap maskulin sangat berguna untuk Cina," ujar Li.
Warga Cina, Yang Li, berpikiran senada. Menurutnya, rencana pemerintah Cina itu akan menyuburkan bully-ing di kalangan siswa laki-laki. Mereka jadi tak lagi bisa menerima anak laki-laki yang lemah lembut karena standar tradisional yang ditetapkan soal gender.
Mencoba meredam debat yang ada, media pemerintah Cina seperti Xinhua mencoba mengklarifikasi niat dari penguatan pendidikan jasmini terkait. Selain itu, mereka juga mengklaim maskulintas dalam pandangan mereka tidak menitikberatkan gender, tetapi kesehatan jasmani dan rohani.
Baca juga: Cina Peringatkan Taiwan Bahwa Memerdekakan Diri Berarti Perang Dengannya
ISTMAN MP | REUTERS