TEMPO.CO, Jakarta - Memasuki hari kedua Kudeta Myanmar, keberadaan penasihat negara Aung San Suu Kyi masih misterius. Militer Myanmar, yang melakukan kudeta, ennggan mengungkapkan di mana ia berada dan seperti ada kondisinya. Hal yang sama berlaku untuk Presiden Win Myint dan pejabat partai National League for Democracy (NLD) yang juga mereka tahan sejak Senin dini hari kemarin.
Menanggapi hal itu, NLD mendesak militer Myanmar untuk segera mengungkapkan di mana Aung San Suu Kyi dan tahanan lainnya disembunyikan. Selain itu, mereka juga memintanya untuk membebaskan Aung San Suu Kyi cs.
"Militer Myanmar harus membebaskan Aung San Suu Kyi, Presiden Win Myint, dan pejabat-pejabat lainnya sesegera mungkin," ujar NLD dalam keterangan persnya, Selasa, 2 Februari 2021.
Tak berhenti di situ, NLD juga meminta Militer Myanmar untuk segera mengakui hasil pemilu tahun lalu. Dalam pemilu tersebut, partai yang dipimpin Militer Myanmar, USDP (Union Solidarity for Development Party), kalah telak dari NLD yang berhasil menguasai 83 persen suara.
Baca juga: Militer Myanmar Tetapkan Status Darurat Selama Setahun
Warga Myanmar di Thailand menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor Kedutaan Besar Myanmar di Bangkok pasca kudeta militer Myanmar, pada 1 Februari 2021. REUTERS/Athit Perawongmetha
Seperti diberitakan sebelumnya, situasi di Myanmar memanas sejak Senin kemarin. Militer Myanmar, yang dipimpin oleh Jenderal Min Aung Hlaing, merebut pemerintahan yang ada. Hal itu dimulai dengan menangkap sejumlah pejabat negara Myanmar dan berlanjut hingga pemecatan para menteri yang bertugas.
Adapun bibit kudeta Myanmar ini sudah terasa sejak tahun lalu ketika partai USDP kalah dari NLD yang dipimpin Aung San Suu Kyi. USDP menganggap ada kecurangan di pemilu tersebut dan merasa panitia penyelenggara tidak mengindahkan peringatan mereka. Alhasil, Militer Myanmar menyimpulkan bahwa pemerintahan yang ada saat ini tak sah dan pihaknya berhak melakukan kudeta.
Sekarang, Myanmar dalam situasi darurat nasional yang berlangsung untuk setahun ke depan. Berbagai toko tutup, begitu pula dengan bandara. Pada Senin kemarin, warga melakukan panic buying untuk memiliki cukup suplai bahan pokok selama masa kudeta.
Walaupun banyak toko tutup, beberapa layanan publik kembali buka. Bank adalah salah satunya. Pada hari Senin kemarin, bank ditutup lebih awal karena jaringan internet serta telepon dimatikan oleh Militer Myanmar. Sekarang, jaringan keduanya sudah kembali aktif.
Min Aung Hlaing, selaku pemimpin Militer Myanmar, menjanjikan bahwa situasi ini tak akan lama. Dikutip dari Reuters, ia mengklaim tengah mengupayakan pemilihan baru yang lebih adil dan akan memberikan kekuasaan kepada siapa yang menang nanti. Ia tidak memberikan perkiraan waktu berapa lama kudeta Myanmar akan berlangsung dan kapan Aung San Suu Kyi cs bakal dibebaskan.
Baca juga: Mengenal Min Aung Hlaing, Pemimpin Tertinggi Militer Myanmar
ISTMAN MP | REUTERS