TEMPO.CO, - Sejumlah pendukung Donald Trump yang menyerbu Gedung US Capitol untuk memprotes hasil pemilihan presiden ternyata tidak menggunakan hak pilihnya.
Hasil penelusuran CNN menunjukkan setidaknya delapan orang yang sekarang menghadapi tuntutan pidana atas kerusuhan itu tidak mencoblos pada pilpres November 2020. Hal itu diketahui dari analisis catatan pemungutan suara dari negara bagian tempat para pengunjuk rasa ditangkap.
Salah satunya adalah Donovan Crowl, 50 tahun, seorang mantan Marinir asal Ohio. Dalam kerusuhan di US Capitol, ia diduga menerobos masuk sambil mengenakan pakaian paramiliter. Otoritas federal mengidentifikasi Crowl berafiliasi dengan kelompok ekstremis Oath Keepers.
Ibunya mengatakan kepada CNN bahwa dia sebelum beraksi mengatakan akan ambil alih kekuasaan. "Mereka akan mengambil alih pemerintahan jika mereka mencoba untuk mengambil kursi kepresidenan Trump darinya," katanya dikutip dari CNN, Selasa, 2 Februari 2021.
Crowl didakwa oleh dewan juri federal atas tuduhan perusakan properti dan konspirasi pemerintah karena diduga berkoordinasi dengan orang lain untuk merencanakan serangan mereka.
Tersangka penerobos US Capitol lainnya yang tidak menggunakan hak suaranya adalah seorang pria asal Georgia berusia 65 tahun yang diduga menyimpan pistol dan amunisi di dalam vannya. Pelaku lainnya adalah seorang wanita berusia 21 tahun dari Missouri yang rekaman video di Snapchat menunjukkan dia berpawai dengan sepotong papan kayu dari kantor Ketua DPR Nancy Pelosi.
Sebelumnya, ribuan pendukung Donald Trump menerobos gedung US Capitol sehingga mengganggu pengesahan hasil pemilihan elektoral yang memenangkan Joe Biden pada 6 Januari lalu. Massa berani bergerak diduga karena terprovokasi pidato Presiden Donald Trump yang tak kunjung mengakui kekalahannya. Empat peserta unjuk rasa serta seorang polisi tewas akibat kerusuhan ini.
Baca juga: Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
CNN
https://edition.cnn.com/2021/02/01/us/capitol-rioters-non-voters-invs/index.html