TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Cina berhasil menangkap puluhan anggota jaringan pengedar vaksin COVID-19 palsu. Dikutip dari kantor berita Reuters, kurang lebih ada 80 anggota yang berhasil mereka tangkap. Di sisi lain, dari penangkapan itu, mereka juga berhasil mengamankan 3000 vaksin COVID-19 palsu.
"Para tersangka menjalankan operasinya sejak September tahun lalu," ujar keterangan Kepolisian Cina, Selasa, 2 Februri 2021.
Vaksin COVID-19 palsu tersebut dibuat dengan menginjeksikan saline ke dalam alat suntik. Dan, menurut keterangan kepolisian, tersangka diduga hendak menjualnya ke luar negeri untuk mencari keuntungan.
Jaringan tersebut tidak berada di satu kota saja. Kepolisian Cina mengatakan, mereka ada yang beroperasi Beijing, Shanghai, serta Shandong. Oleh karenanya, dalam penangkapan jaringan pengedar vaksin COVID-19 palsu ini, operasi dilakukan di sejumlah kota Cina yang berbeda.
Per berita ini ditulis, belum diketahui apa ancaman hukuman untuk para pengedar vaksin COVID-19 palsu tersebut. Selain itu, juga belum ada keterangan soal berapa banyak vaksin palsu yang sudah terjual.
Sebagai catatan, baru ada tiga produk vaksin resmi asal Cina yang sudah disahkan dan digunakan dalam vaksinasi COVID-19. Ketiga vaksin COVID-19 itu adalah produk buatan Sinovac serta Sinopharm.
Sinopharm memiliki dua vaksin COVID-19 yang berbeda karena dikembangkan bersama institut yang berbeda. Produk pertama, yang memiliki nama BBIBP-CorV, dibuat bersama Beijing Institute of Biological Products. Negara-negara yang sudah mengesahkannya, selain Cina, adalah Bahrain, Uni Emirat Arab, Mesir, Yordania. Irak, Pakistan, Serbia, dan Peru.
Untuk produk kedua, Sinopharm mengembangkannya bersama Wuhan Insitute of Biological Products. Vaksin COVID-19 itu belum memiliki nama dan baru disahkan penggunaannya oleh Cina saja.
Sementara itu, untuk produk buatan Sinovac, dikenal dengan nama CoronaVac. Negara-negara yang sudah mengesahkannya, selain Cina, adalah Brasil, Chile, Indonesia, Turki, serta Bolivia. Beberapa pekan lalu, efektivitas vaksin COVID-19 ini sempat dipertanyakan karena hasil pengujian yang berbeda-beda di beberapa negara.
Baca juga: Tim Investigasi Asal Usul COVID-19 WHO Kunjungi Pasar Hewan Wuhan
ISTMAN MP | REUTERS