Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sebut Partai Republik Kultus Trump, Puluhan Republikan Era Bush Mundur

image-gnews
Presiden Donald Trump saat berkampanye di Kenosha, Wisconsin, 2 November 2020. REUTERS/Carlos Barria
Presiden Donald Trump saat berkampanye di Kenosha, Wisconsin, 2 November 2020. REUTERS/Carlos Barria
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan anggota Partai Republik di pemerintahan mantan Presiden George Walker Bush meninggalkan partai karena kecewa dengan banyak Republikan yang terpilih enggan meninggalkan Donald Trump setelah klaim palsu penipuan pemilu dan serangan mematikan di Capitol AS bulan lalu.

Para pejabat ini, beberapa pernah bertugas di eselon tertinggi pemerintahan Bush, mengatakan bahwa mereka berharap kekalahan Trump akan membuat para pemimpin partai meninggalkan mantan presiden dan mengecam klaim kecurangan pemilu tak berdasar.

Tetapi ketika tahu sebagian besar anggota parlemen Republik tetap mendukung Trump, para pejabat ini mengatakan mereka tidak lagi mengakui partai yang mereka layani. Beberapa telah mengakhiri keanggotaan mereka, yang lain membiarkannya tidak berlaku sementara beberapa baru terdaftar sebagai independen, menurut puluhan mantan pejabat Bush, dikutip dari Reuters, 1 Februari 2021.

"Partai Republik yang saya tahu sudah tidak ada lagi. Saya akan menyebutnya kultus Trump," kata Jimmy Gurulé, yang merupakan Wakil Menteri Keuangan untuk Terorisme dan Intelijen Keuangan di pemerintahan Bush.

Lebih dari setengah dari Partai Republik di Kongres, delapan senator dan 139 perwakilan DPR, memilih untuk memblokir sertifikasi pemilihan hanya beberapa jam setelah pengepungan Capitol AS.

Sebagian besar Senator Republik juga mengindikasikan bahwa mereka tidak akan mendukung pemakzulan Trump, sehingga hampir pasti bahwa mantan presiden tersebut tidak akan dihukum dalam persidangan Senat. Trump dimakzulkan pada 13 Januari oleh Dewan Perwakilan Rakyat yang dipimpin Demokrat dengan tuduhan "menghasut pemberontakan," satu-satunya presiden yang akan dimakzulkan dua kali.

Keengganan para pemimpin partai untuk menghukum Donald Trump adalah pukulan terakhir bagi beberapa mantan pejabat Republikan.

"Jika tetap menjadi partai Trump, banyak dari kita tidak akan kembali," kata Rosario Marin, mantan Menteri Keuangan AS di bawah Bush. "Kecuali jika Senat memvonisnya, dan membebaskan diri dari kanker Trump, banyak dari kita tidak akan kembali untuk memilih para pemimpin Republik."

Mantan Presiden AS George W. Bush dan istrinya Laura Bush menghadiri Pelantikan Joe Biden dan Kamala Harris di Washington, AS, 20 Januari 2021. Jim Lo Scalzo via REUTERS

Kristopher Purcell, yang bekerja di kantor komunikasi Gedung Putih Bush selama enam tahun, mengatakan sekitar 60 hingga 70 mantan pejabat Bush telah memutuskan untuk meninggalkan partai atau memutuskan hubungan dengannya, dari percakapan yang ia lakukan dengan mereka. "Jumlahnya bertambah setiap hari," kata Purcell.

Purcell mengatakan banyak yang merasa mereka tidak punya pilihan. Dia merujuk pada Marjorie Taylor Greene, seorang anggota kongres Republik baru dari Georgia yang mempromosikan teori konspirasi QAnon, yang secara keliru mengklaim bahwa petinggi Demokrat termasuk dalam komplotan rahasia yang mengatur para pedofil pemuja Setan. Anggota DPR AS Republik lain yang baru terpilih, Lauren Boebert dari Colorado, juga memberikan pernyataan yang mendukung tentang QAnon.

"Kami memiliki anggota Kongres QAnon. Mengerikan," kata Purcell.

Dua mantan pejabat Bush yang berbicara kepada Reuters mengatakan mereka yakin penting untuk tetap berada di partai tersebut untuk menghilangkan pengaruh Trump.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Salah satu dari mereka, Suzy DeFrancis, seorang veteran Partai Republik yang bertugas di pemerintahan termasuk mantan presiden Richard Nixon dan George W. Bush, mengatakan dia memilih Biden pada November, tetapi berpisah dari partai sekarang hanya akan menguntungkan Demokrat.

"Saya sangat mengerti mengapa orang-orang frustrasi dan ingin meninggalkan partai. Saya sudah merasakan itu selama 4 tahun," kata DeFrancis.

Namun dia mengatakan sangat penting bagi partai untuk bersatu di sekitar prinsip-prinsip Republik seperti pemerintahan terbatas, tanggung jawab pribadi, usaha bebas, dan pertahanan nasional yang kuat.

Baca juga: Partai Republik Terpecah Selepas Kepergian Donald Trump

Pembelotan mereka dari Partai Republik setelah masa bakti seumur hidup bagi banyak orang, adalah tanda jelas lainnya tentang bagaimana konflik antarpartai yang berkembang atas Trump dan warisannya.

Partai Republik saat ini terjebak di antara Partai Republik moderat yang tidak terpengaruh dan orang-orang independen yang merasa muak dengan cengkeraman yang masih dimiliki Trump atas pejabat terpilih, dan basis setia Trump yang sangat kuat. Tanpa dukungan antusias dari kedua kelompok, partai tersebut akan berjuang untuk memenangkan pemilihan nasional, menurut jajak pendapat, pejabat dan ahli strategi Partai Republik.

Komite Nasional Republik merujuk pada wawancara baru-baru ini yang diberikan ketuanya Ronna McDaniel kepada saluran Fox Business. "Kami sedang mengalami sedikit pertengkaran sekarang. Tapi kita akan bersatu. Kami harus bisa," kata McDaniel, memprediksi partai akan bersatu melawan agenda Presiden Joe Biden, seorang Demokrat.

Perwakilan Trump tidak menanggapi permintaan komentar.

Seorang perwakilan mantan Presiden Bush tidak menanggapi permintaan komentar. Selama kepresidenan Trump, Bush menjelaskan bahwa dia telah "pensiun dari politik."

REUTERS

Sumber:

https://www.reuters.com/article/us-usa-trump-republicans-exclusive/exclusive-dozens-of-former-bush-officials-leave-republican-party-calling-it-trump-cult-idUSKBN2A1275?il=0

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Donald Trump Salahkan Joe Biden atas Serangan Iran ke Israel

4 hari lalu

Mantan Presiden AS dan calon presiden dari Partai Republik Donald Trump berunjuk rasa dengan para pendukungnya pada acara
Donald Trump Salahkan Joe Biden atas Serangan Iran ke Israel

Donald Trump menilai saat ini adanya kurangnya kepemimpinan Joe Biden hingga membuat Tehran semakin berani


Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

8 hari lalu

Kandidat presiden dari Partai Republik dan mantan Presiden AS Donald Trump pada  malam pemilihan pendahuluan presiden New Hampshire, di Nashua, New Hampshire, AS, 23 Januari 2024. REUTERS/Mike Segar
Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

Bekas Presiden AS Donald Trump menolak undangan Presiden Volodymyr Zelensky untuk menyambangi Ukraina.


Senat Amerika Serikat Minta Uang Bantuan Rp969 Triliun untuk Ukraina Dikucurkan

10 hari lalu

Pemimpin Minoritas Senat AS Chuck Schumer dan Ketua DPR Nancy Pelosi berbicara kepada media bersama dengan Pemimpin Mayoritas DPR, Steny Hoyer (kiri) dan Senat Minoritas, Dick Durbin (kanan) ketika mereka meninggalkan gedung Sayap Barat setelah bertemu dengan Presiden Donald Trump tentang penutupan sebagian pemerintah AS dan permintaannya untuk dinding perbatasan di Situation Room Gedung Putih di Washington, AS, 9 Januari 2019. [REUTERS / Joshua Roberts]
Senat Amerika Serikat Minta Uang Bantuan Rp969 Triliun untuk Ukraina Dikucurkan

Senat dari Partai Demokrat telah meloloskan proposal pendanaan untuk Ukraina, namun politikus Partai Republik yang belum mau meloloskan.


Trump: Kehormatan bagi Saya Masuk Penjara karena Melanggar Perintah Pembungkaman

11 hari lalu

Mantan Presiden AS Donald Trump meninggalkan pengadilan Kriminal Manhattan setelah sidang dalam persidangan uang tutup mulut yang akan datang, di New York City, AS, 25 Maret 2024. Curtis Means/Pool via REUTERS
Trump: Kehormatan bagi Saya Masuk Penjara karena Melanggar Perintah Pembungkaman

Trump telah mengaku tidak bersalah atas 34 dakwaan pemalsuan catatan bisnis dan menyangkal pernah bertemu dengan Stormy Daniels.


Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

15 hari lalu

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg pergi setelah konferensi persnya, menjelang KTT NATO, di Vilnius, Lithuania, 10 Juli 2023. REUTERS/Yves Herman
Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

Sekjen NATO mendesak Amerika Serikat tetap bersatu dengan Eropa, meski seandainya Donald Trump kembali berkuasa di Gedung Putih


Trump Dikabarkan Baru-baru Ini Berbicara dengan Mohammed bin Salman

15 hari lalu

Presiden Donald Trump menyambut kedatangan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, 20 Maret 2018. Lawatan Mohammed bin Salman diperkirakan akan berbicara soal ancaman Iran, termasuk pengaruh dan pengembangan program nuklir Negeri Mullah itu. (AP Photo/Evan Vucci)
Trump Dikabarkan Baru-baru Ini Berbicara dengan Mohammed bin Salman

Arab Saudi adalah tempat yang dikunjungi Trump setelah dilantik sebagai Presiden AS pada 2017.


Joe Biden Vs Donald Trump, Dua Lelaki Gaek Berebut Kursi Presiden AS

17 hari lalu

Foto kombinasi Joe Biden dan Donald Trump. REUTERS/Jonathan Ernst
Joe Biden Vs Donald Trump, Dua Lelaki Gaek Berebut Kursi Presiden AS

Joe Biden 81 tahun dan Donald Trump 78 tahun akan bertarung di kontestasi pemilihan Presiden AS di usia yang tak lagi muda.


Top 3 Dunia: Tanding Ulang Joe Biden vs Donald Trump, Kekecewaan Keturunan Arab di AS

19 hari lalu

Joe Biden dan Donald Trump dalam debat kandidat Presiden AS, 23 Oktober 2020.  REUTERS/Jim Bourg/Pool
Top 3 Dunia: Tanding Ulang Joe Biden vs Donald Trump, Kekecewaan Keturunan Arab di AS

Top 3 dunia adalah Joe Biden akan bertanding ulang melawan Donald Trump di Pilpres AS hingga masyarakat Arab di Amerika Serikat kecewa.


Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir

20 hari lalu

Foto kombinasi Joe Biden dan Donald Trump. REUTERS/Mark Makela dan Tom Brenner
Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menyindir Donald Trump, yang akan menjadi pesaingnya lagi dalam pemilihan presiden AS yang akan datang pada bulan November.


Tanding Ulang Joe Biden Vs Donald Trump, Begini Sistem Pemilu Presiden di Amerika Serikat

20 hari lalu

Donald Trump dan Joe Biden. REUTERS/Jonathan Ernst/Brian Snyder
Tanding Ulang Joe Biden Vs Donald Trump, Begini Sistem Pemilu Presiden di Amerika Serikat

Pada pemilihan Presiden AS, Joe Biden akan tanding ulang dengan Donald Trump. Bagaimana sistem pemilu di Amerika Serikat?