TEMPO.CO, Jakarta - Meski berada di tahanan, hal itu tak menghalangi Alexei Navalny untuk ikut diperhitungkan dalam penghargaan Nobel Perdamaian. Dikutip dari kantor berita Reuters, Alexei Navalny menjadi satu dari beberapa orang yang dinominasikan untuk menerima Nobel Perdamaian. Ia didukung oleh anggota parlemen Norwegia yang terlibat dalam proses seleksi.
Proses nominasi, rencananya, akan ditutup pada Ahad ini, 31 Januari 2021. Ribuan orang, dari anggota parlemen di seluruh dunia hingga mantan pemenang, akan menjadi pihak yang menentukan siapa yang pantas masuk nominasi. Adapun proses penjurian akan berlangsung tertutup dengan Dewan Nobel Norwegia sabagai penentunya.
Navalny adalah aktivis anti-korupsi Rusia yang selama ini dikenal vokal melawan rezim Vladimir Putin. Dia nyaris tewas tahun lalu karena diracun dengan zat syaraf Novichok. Namun, ia berhasil selamat dan melanjutkan perjuangannya.
Pada 17 Januari lalu, ketika pulang ke Moskow usai pengobatan di Jerman, ia ditangkap oleh aparat Rusia. Ia dianggap melanggar penangguhan hukuman atas kasus penipuan di tahun 2014.
Baca juga: Pengadilan Rusia Tak Perbolehkan Alexei Navalny Tinggalkan Penjara
Alexei Navalny mencoba banding atas penahanan itu, tetapi hasilnya nihil. Sekarang, ia mendekam di penjara hingga persidangannya dimulai. Jika terbukti bersalah, maka ia bisa dipenjara bertahun-tahun. Di saat bersamaan, Kepolisian Rusia menangkap para sekutu dan demonstrannya dengan jumlah lebih dari 4000 orang.
"Dia dinominasikan atas perjuangannya untuk mendemokratisasikan Rusia," ujar mantan Perdana Menteri Norwegia,. Ola Elvestuen.
Laporan Reuters menambahkan bahwa aktivis lingkungan remaja, Greta Thunberg, juga masuk dalam nominasi. Ia yang menciptakan gerakan mogok sekolah sebagai protes atas isu perubahan iklim. Ia dianggap sebagai figur berpengaruh di isu tersebut.
"Dia adalah salah satu juru bicara perlawanan terhadap krisis iklim yang vokal," menurut proses nominasi Nobel Perdamaian.
Selain Alexei Navalny dan Greta Thunberg, ada juga nama aktivis Belarus Svetlana Tsikhanouskaya, Maria Kolesnikova, dan Veronika Tsepkalo. Mereka dianggap pantas menerima Nobel Perdamaian karena berjuang melawan rezim diktator Alexander Lukashenko. Lukashenko, sebagaimana diketahui, telah memimpin Belarus puluhan tahun dan dianggap bermain curang dalam Pilpres terakhir untuk mengamankan kekuasaannya.
Baca juga: Greta Thunberg dan Aktivis Lingkungan Dunia Soroti Perubahan Iklim saat Covid-19
ISTMAN MP | REUTERS