TEMPO.CO, Jakarta - Utusan Amerika Serikat untuk Iran Rob Malley pada Kamis, 28 Januari 2021, melakukan pembicaraan dengan pejabat dari Kementerian Luar Negeri Inggris, Prancis dan Jerman menyusul rencana Washington yang ingin menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015. Di bawah pemerintahan Donald Trump, kesepakatan itu diabaikan.
“Ini untuk mencatat dokumen dan menilai bagaimana keadaan pikiran kita,” kata seorang sumber diplomatik dari Eropa.
Baca juga: Iran Akan Teruskan Program Nuklir Selama AS Belum Cabut Sanksi
Teknisi Iran menjelaskan sejumlah alat kepada tokoh agama dalam pamerian Organisasi Energi Atom Iran di Universitas Qom, Iran, pada 2006. [AP]
Sumber lain mengkonfirmasi benar adanya pembicaraan itu, namun menolak memberikan keterangan lebih mendetail. Sedangkan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat belum mau memberikan tanggapan atas hal tersebut.
Kesepakatan nuklir Iran atau yang nama formalnya Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), ditanda-tangani oleh Iran dan enam negara-negara kekuatan dunia. Kesepakatan itu melarang Iran mengembangkan program nuklir dan sebagai imbalannya Amerika Serikat serta negara lainnya akan melonggarkan sanksi-sanksi yang dijatuhkan kepada Iran.
Malley dulunya adalah salah satu orang yang ditugaskan Amerika Serikat di bawah Pemerintahan Barack Obama untuk bernegosiasi mencetak kesepakatan JCPOA dengan Iran.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan jika Tehran kembali ke JCPOA, maka Washington pun akan melakukan hal yang sama, bahkan melakukan sebuah upaya untuk memperluas kesepakatan JCPOA.
Iran dituding sedang mengembangkan rudal balistik dan mendukung pasukan proxi di Irak, Suriah, Yaman dan wilayah lain.
Trump keluar dari kesepakatan JCPOA pada 2018 dan menghidupkan lagi sanksi-sanksi Amerika Serikat, yang dijatuhkan ke Iran. Pada 2019, Iran membalas sikap Amerika Serikat dengan keluar dari kesepakatan, diantaranya dengan memperkaya uranium hingga ke level kemurnian.
Pemerintahan Biden berkeras Iran harus memenuhi kewajibannya dulu, yang tertuang dalam JCPOA, baru Amerika Serikat mengikuti. Sebaliknya, Tehran berpendapat Washington telah mengabaikan apa yang tertuang dalam kesepakatan nuklir itu dan harus kembali mematuhi kesepakatan, baru Iran mengikuti.
Sumber: https://www.reuters.com/article/us-usa-iran/new-u-s-envoy-spoke-with-europeans-on-iran-nuclear-deal-sources-idUSKBN29Y2HF