TEMPO.CO, Jakarta - Jean-François Delfraissy, Kepala Dewan Ilmuwan Prancis menyebut Prancis mungkin harus melakukan lockdown yang ketiga kalinya karena kekhawatiran penyebaran varian baru Covid-19. Lockdown disarankan dilakukan pada Februari 2021 saat masuk libur sekolah.
Sekolah di Prancis akan libur selama dua pekan pada Februari 2021, namun bisa dibilang sepanjang Februari 2021 adalah masa rawan karena masa libur sekolah di tiga zona di Prancis jatuhnya berbeda-beda. Libur paling awal dimulai pada 6 Februari 2021.
“Kita mungkin perlu menuju ke sebuah pengekangan (lockdown). Apakah pembatasan itu nantinya sangat ketat seperti yang diberlakukan pada Maret 2020 atau sedikit lebih longgar seperti pada November 2020, itu sebuah keputusan politik,” kata Delfraissy.
Petugas medis berada diluar gerbong khusus untuk merawat pasien positif virus corona atau Covid-19 yang dirawat dalam kereta cepat TGV di Strasbourg, Prancis, 3 Maret 2020. Patrick Hertzog/Pool via REUTERS
Rencananya, Pemerintah Prancis akan melakukan rapat pada Rabu, 27 Januari 2021 untuk memutuskan apakah perlu diambil kebijakan tambahan atau tidak. Delfraissy mengatakan jika aturan tidak diperketat, maka masyarakat Prancis mungkin akan menghadapi situasi yang sulit mulai pertengahan Maret nanti.
Menurut Delfraissy, akan sangat baik memberlakukan lockdown bersamaan dengan libur sekolah dan memperpanjangnya setidaknya seminggu.
Sebelumnya pada 16 Januari 2021, Prancis telah memberlakukan jam malam mulai jam 18.00 selama dua pekan. Langkah itu dilakukan demi memperlambat penyebaran wabah virus corona. Namun sejak jam malam selesai diberlakukan, rata-rata kasus baru Covid-19 naik dari 18 ribu kasus baru per hari menjadi lebih dari 20 ribu kasus.
Delfraissy mengatakan adanya varian baru Covid-19 yang lebih mudah menulai dari Inggris, Afrika Selatan, Brazil dan California, yang benar-benar mengubah situasi pandemi dalam tiga pekan terakhir.
Sumber: https://www.reuters.com/article/us-health-coronavirus-france-lockdown/france-probably-needs-new-lockdown-as-early-as-february-top-adviser-idUSKBN29T0NE