TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi COVID-19 dan kerusuhan US Capitol membuat suasana Washington menjelang pelantikan presiden Amerika baru tidak seriuh biasanya. Tidak ada perayaan-perayaan di pinggir jalan, tidak ada hiasan, tidak ada pelancong dari luar Washington untuk melihat presiden baru, Joe Biden, memulai masa pemerintahannya. Steril.
Pemandangan umum itu digantikan oleh kehadiran puluhan ribu personil Garda Nasional. Diseleksi langsung oleh FBI, mereka ditempatkan di berbagai sudut kota Washington dengan konsentrasi terbesar di US Capitol. Maklum, gedung yang dua pekan lalu rusuh diserbu pendukung Donald Trump tersebut akan menjadi lokasi pelantikan Joe Biden sebagai Presiden Amerika ke-46. Amerika tak ingin peristiwa kerusuhan US Capitol terulang.
"Washington seperti kota hantu, namun diisi oleh tentara. Membuat bergidik, terasa tidak natural," ujar warga Washington, Dana O' Connor, sembari menyisiri pagar-pagar beton yang ditaruh untuk menjaga properti pemerintah seperti Gedung Putih, Selasa, 19 Januari 2021.
Sejumlah anggota Pengawal Nasional Distrik Colombia berjaga di depan gedung Capitol pasca kerusuhan, di Washington, AS, 7 Januari 2021. Dalam kerusuhan yang terjadi pada Rabu (6/1) lalu di gedung Capitol dilaporkan empat orang tewas dan puluhan orang terluka. REUTERS/Jonathan Ernst
Suasananya jelas kontras apabila dibandingkan dengan kondisi menjelang pelantikan mantan Presiden Barack Obama. Di masa pelantikan mantan kompatriot Joe Biden itu, suasananya lebih meriah. Rekor pengunjung pelantikan terbanyak saja masih dipegang olehnya, kurang lebih 1,8 juta orang. Hal itu belum menghitung kondisi di jalanan saat parade digelar.
Sekarang, untuk bisa mengikuti pelantikan Joe Biden, harus diseleksi. Panitia penyelenggara tidak bisa mengizinkan siapapun masuk. Warga lebih disarankan untuk mengikuti pelantikan dari rumah masing-masing. Toh, kata panitia, tidak ada parade dan semua pesta digelar secara virtual. Tidak ada lagi acara nonton bareng di National Mall, yang sekarang ditutup, di mana semua pengunjung akan diberi sampanye gratis.
Di ring 1 lokasi pelantikan, jumlah tamu pun dipangkas banyak. Pada masa pelantikan Presiden Donald Trump, 200 ribu tiket undangan dibagikan untuk mengikuti pengucapan sumpah dari ring 1. Tahun ini, 1000 saja yang disediakan. Alhasil, dikutip dari BBC, kebanyakan tiket lebih banyak diberikan kepada keluarga pejabat.
Minusnya jumlah warga yang bisa mengikuti pelantikan jelas berdampak kepada pendapatan kota Washington. Umumnya, dari satu pelantikan, Washington bisa mencatatkan pendapatan hingga US$107 juta atau setara Rp1,5 triliun.
Secara penampilan, kompleks US Capitol juga jadi terlihat lebih sepi. Panitia penyelenggara sampai menghiasi kawasan National Mall dengan bendera-bendera Amerika kecil agar tetap terkesan festive. Namun, tetap suasananya berbeda apabila dibandingkan dengan kehadiran warga langsung.
Baca juga: Ini Beda Tema Pelantikan Joe Biden dengan Presiden Amerika Pendahulunya
Gedung Capitol A.S. dipersiapkan untuk upacara pelantikan Presiden terpilih Joe Biden saat ribuan bendera AS ditempatkan di atas tanah halaman National Mall, di Washington, A.S., 18 Januari 2021. Joe Raedle/Pool via REUTERS
"Ini tidak adil. Berani-beraninya mereka (penyerbu US Capitol) merebut kebahagiaan kami. Meski kami pun tak setuju dengan hasil Pilpres Amerika sebelumnya, kami tidak sampai mengancam nyawa orang," ujar Amy Littleton, konsultan politik yang tinggal tak jauh dari lokasi pelantikan namun tidak bisa menghadirinya karena protokol yang berlaku.
Walikota Washington, Muriel Bowser, memahami kekecewaan warga Amerika. Kemenangan Joe Biden pada Pilpres Amerika November lalu dianggap banyak warga Amerika sebagai kemenangan besar, oleh karenanya patut dirayakan besar-besaran. Namun, kata Bowser, situasinya tidak memungkinkan dan dia tak punya pilihan selain mengutamakan keamanan.
Jika ada yang perlu disalahkan, Bowser menunjuk para pelaku kerusuhan US Capitol. Mereka lah yang membuat pelantikan tahun ini akan terasa lebih kalem. Ia berkata, pemerintah Amerika khawatir para pelaku yang belum tertangkap, atau mereka yang terinspirasi, kembali melakukan aksi serupa.
"Kami tidak ingin melihat pagar-pagar pembatas dan jelas kami tidak ingin melihat tentara berkeliaran di jalanan. Namun, tahun ini, kita harus mengambil sikap berbeda," ujarnya Ahad kemarin.
Larry Sabato, Direktur Pusat Kajian Politik Universitas Virginia, menyamakan pelantikan Joe Biden tahun ini sebagai "kamp militer" atau "zona hijau". Bagaimana tidak, di matanya lebih banyak tentara dibanding warga yang hadir untuk merayakan kemenangan Joe Biden.
"Dunia akan melihat Joe Biden disumpah di tengah kamp militer yang nyaris tak berbeda dengan Zona Hijau (Green Zone)," ujar Sabato yang telah mengunjungi semua pelantikan Presiden Amerika baru sejak periode Richard Nixon.
Lucunya, istilah Green Zone memang dipakai oleh Secret Service dalam melabeli kompleks pelantikan Joe Biden hari ini.
Baca juga: Jelang Pelantikan Joe Biden, Ini 5 Hal yang Perlu Diketahui
ISTMAN MP | REUTERS | VOX