TEMPO.CO, Jakarta - Kasus kematian 23 lansia usai vaksinasi COVID-19 buatan Pfizer pada pekan lalu mendorong dokter-dokter di Norwegia untuk menyelidiki apa penyebabnya. Dugaan mereka sejauh ini, kematian dipicu efek samping vaksin COVID-19 yang terlalu keras untuk pasien lansia dengan kondisi kesehatan rapuh.
Selama ini, efek samping vaksin COVID-19 diklaim relatif jarang terjadi dan kalaupun ada tergolong ringan. Beberapa di antaranya mulai dari gejala pegal, keram, mual, hingga demam. Nah, efek samping berupa demam tersebut yang dianggap dokter bisa berbahaya untuk lansia yang kesehatannya rapuh.
"Semua kematian yang terjadi beberapa setelah vaksinasi COVID-19 kami pelajari dengan hati-hati dan hasil kajian kami sampaikan ke pencatatan efek samping obat-obatan," ujar Agensi Obat-obatan Norwegia (NOMA) yang mengkaji kasus kematian terkait dikutip dari CNN, Senin, 18 Januari 2021.
NOMA melanjutkan bahwa selain investigasi, petunjuk pemberian vaksin COVID-19 terhadap pasien juga telah diperbarui. Pemberian vaksin COVID-19 pada pasien lansia dengan tingkat kesehatan rapuh menjadi bagian yang mendapat perhatian lebih.
Panduan itu mengatakan, dokter wajib memeriksa dan mengevaluasi kondisi pasien lansia sebelum menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada mereka. Jika resikonya tidak sebanding dengan manfaat yang akan didapat pasien, maka dokter dianjurkan untuk tidak menyuntikkan vaksin COVID-19.
Anthony Fauci, Direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases, mendengarkan ketika Presiden AS Donald Trump menjawab pertanyaan selama pengarahan harian satuan tugas virus Corona di Gedung Putih di Washington, AS, 25 Maret 2020. [REUTERS / Jonathan Ernst]
Anthony Fauci, penasehat medis Pemerintah Amerika sekaligus Direktur Institut Nasional untuk Alergi dan Penyakit Menular, menyatakan bahwa konteks penting diperhatikan dalam menanggapi kabar pasien meninggal usai divaksin. Dalam hal ini, kata ia, penting untuk melihat kondisi pasien lansia yang menerima suntikkan sebelum sepenuhnya menyalahkan vaksin buatan Pfizer.
Fauci berkata, pasien lansia dengan kondisi kesehatan rapuh sangat mungkin meninggal karena gejala-gejala yang tampaknya ringan. "Sangat masuk akal bahwa ketika kamu memiliki pasien yang rapuh seperti mereka di panti perawatan, stress pun bisa mengancam kondisi mereka," ujar Fauci.
Hal senada dinyatakan oleh Stephen Evans, professor pharmacoepidemology dari London School of Hygiene and Tropical Medicine. Ia mengatakan, sejauh ini belum ada bukti kuat yang menunjukkan vaksinasi COVID-19 pasti menyebabkan pasien yang kesehatannya rapuh meninggal.
"Ketika mereka yang tingkat kematiannya tinggi menerima vaksin, tentu akan ada sejumlah kasus kematian yang sifatnya insidental," ujar Evans. Evans memastikan kasus di Norwegia dipantau oleh ahli medis di berbagai negara yang mencoba memperhitungkan kemungkinan seseorang meninggal usai divaksin.
"Kami belum tahu hasilnya, namun kami menyakini potensi kematian tidak lebih tinggi dibanding angka yang diperkirakan. TIdak perlu terlalu khawatir, tetapi juga jangan tidak waspada," ujar Evans.
Pfizer, pada Sabtu lalu, menyatakan telah berkoordinasi dengan NOMA untuk mendapatkan data-data yang mereka perlukan untuk investigasi vaksinasi COVID-19 di sana. Dan, sama seperti pakar-pakar lainnya, mereka menyakini kondisi kesehatan pasien yang rapuh serta efek samping vaksin COVID-19 berkaitan.
Baca juga: Efek Samping Vaksin Covid-19, Pakar Medis Cina Minta Vaksin Pfizer Ditangguhkan
ISTMAN MP | CNN
https://edition.cnn.com/2021/01/18/health/covid-vaccine-pfizer-deaths-norway-intl/index.html