TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Inggris pesimistis pengadaan suplai vaksin COVID-19 bakal mulus di awal tahun ini. Sebab, menurut Menteri Pendistribusian Vaksin Nadhim Zahawi, terdapat sejumlah gangguan produksi pada beberapa pengembang vaksin COVID-19 yang mereka pakai. Sebagai contoh, AstraZeneca meminta penundaan pendistribusian karena gangguan teknis.
"Kami berharap mendapatkan 2 juta dosis vaksin per pekan dari AstraZeneca, tapi target itu ternyata tidak akan tercapai hingga pertengahan Februari nanti," ujar Zahawi, dikutip dari kantor berita Reuters, Senin, 18 Januari 2021
Hal senada berlaku untuk vaksin dari Pfizer. Zahawi berkata, tengah terjadi perubahan proses produksi di Pfizer yang mengganggu jadwal pendistribusian vaksin COVID-19 dari sana. Namun, ia memastikan perubahan tersebut untuk menaikkan kapasitas produksi COVID-19 dari Pfizer.
Tahun lalu, Pfizer sempat melaporkan bahwa mereka menghadapi banyak tantangan dalam memenuhi target produksi. Sebab, ketersediaan bahan baku yang mereka butuhkan ternyata tidak sebanyak yang diperkirakan. Di sisi lain, vaksin COVID-19 dari Pfizer adalah tipe RNA yang lebih sulit diproduksi.
"Penundaan itu memang bisa terjadi sewaktu-waktu. Segala proses manufaktur bisa menghadapi gangguan namun akan membaik seiring dengan berjalannya waktu...Suplai bisa jadi telat, tapi kami tetap berusaha untuk mencapai target (Februari)," ujar Zahawi menegaskan. Total di seluruh wilayah Inggris, ada 15 juta orang yang masuk kategori kelompok prioritas untuk disuntik vaksin COVID-19
Per berita ini ditulis, Inggris telah melakukan vaksinasi COVID-19 tahap pertama terhadap 3,8 juta penduduk dan vaksinasi tahap kedua pada 449 ribu penduduk. Rata-rata per menit, Inggris bisa memvaksinasi 140 orang dengan prioritas utama lansia dan tenaga medis.
Inggris, kata Zahawi, berniat untuk meningkatkan angka tersebut. Oleh karenanya, mereka mulai menyusun program vaksinasi selama 24 jam. Jika tidak ada halangan, hal itu akan dilakukan di London pada Februari ini. Adapun London dipilih karena kota tersebut salah satu yang paling terdampak oleh COVID-19.
"Jika semua lansia di atas 50 tahun telah divaksin, maka selanjutnya guru, polisi, serta pelayan toko yang akan menjadi prioritas vaksinasi COVID-19 kami," ujar Zahawi.
Senin ini, Inggris tercatat memiliki 3,3 juta kasus dan 89 ribu korban meninggal akibat COVID-19 atau disebut juga virus Corona. Beberapa di antaranya disebabkan varian baru COVID-19 yang terdeteksi Desember tahun lalu. Pemberian vaksin COVID-19 dan lockdown nasional mereka terapkan untuk menekan angka kasus baru per harinya.
Baca juga: Inggris Berharap Lockdown Berakhir pada Maret 2021
ISTMAN MP | REUTERS