TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian huru-hara Belanda terpaksa mengerahkan meriam air agar bisa membubarkan sekitar dua ribu demonstran, yang berunjuk rasa tanpa izin pada Minggu, 17 Januari 2021. Demonstran itu memprotes lockdown nasional, yang ditujukan untuk memperlambat penyebaran wabah virus corona.
Belanda berstatus lockdown sejak Desember 2020. Dengan aturan ini, sekolah-sekolah tatap muka ditiadakan dan hampir sebagian besar toko tutup demi mengerem penyebaran virus corona. Pada pekan ini, lockdown diperpanjang lagi setidaknya sampai tiga pekan ke depan.
Baca juga: Hindari Varian Baru COVID-19, Belanda Tutup Pintu untuk Pendatang Dari Inggris
Pintu masuk kantor pusat Nike di Hilversum Belanda, ditutup untuk dilakukan penyemprotan disinfektan setelah seorang karyawan terkena virus corona. Gambar diambil pada Senin (2/3/2020). ANTARA/REUTERS/Eva
Demonstran berkumpul di sebuah laparangan di depan Museum galeri seni Rijksmuseum dan Van Gogh. Mereka membawa spanduk bertuliskan ‘Kebebasan : hentikan pengepungan ini’ dan meneriakkan kalimat ‘Apa yang kami mau? Kebebasan!’.
Mereka yang berunjuk rasa tidak ada yang menggunakan masker, padahal memakai masker telah menjadi aturan wajib jika masyarakat Belanda ingin keluar rumah. Hanya beberapa demonstran yang masih aktif jaga jarak atau social distancing. Kondisi ini mendorong aparat keamanan untuk membubarkan aksi protes karena khawatir dengan masalah kesehatan
Pemerintah Kota Amsterdam sudah menolak memberikan izin untuk unjuk rasa yang dilakukan di depan museum itu. Namun demonstran tak mau juga membubarkan diri ketika aparat kepolisian meminta, beberapa dari pengunjuk rasa bahkan ada yang melemparkan kembang api.
Kepolisian lalu menggunakan meriam air untuk membubarkan massa. Otoritas mengatakan mereka telah menahan sekitar 100 orang, yang ikut dalam aksi unjuk rasa itu.
Sumber: https://www.reuters.com/article/us-health-coronavirus-netherlands-protes/thousands-protest-in-amsterdam-against-dutch-coronavirus-lockdown-idUSKBN29M0EJ