TEMPO Interaktif, Seoul:Pejabat militer Korea Selatan dan Korea Utara, Senin berunding kendatipun hubungan kedua negara memburuk sementara para aktivis Korea Selatan tetap melanjutkan rencana mereka menyebarkan selebaran propaganda ke negara komunis itu.
Pertemuan yang dilangsungkan di dalam Zona Demiliterisasi yang memisahkan semenanjung Korea itu bertujuan memperbaiki hubungan langsung saluran telepon militer antara kedua negara.
"Perundingan dimulai pukul 10:00 (waktu setempat). Kami akan menjelaskan hasil pertemuan itu kemudian," kata seorang juru bicara kementerian pertahanan kepada AFP.
Kedua Korea, yang secara teknis masih dalam perang setelah perang Korea yang diakhiri dengan sebuah perjanjian gencatan senjata, memiliki sembilan hubungan telepon langsung dan cepat, salah satu dari itu tidak aktif karena masalah-masalah teknis. Korea Selatan berjanji memodernisasi sistem komunikasi tua milik tetangganya.
Korea Utara menghentikan hampir semua bentuk dialog resmi dengan Selatan sejak pemerintah konservatif Presiden Le Myung Bak berkuasa Februari lalu dan menerapkan sikap keras terhadap Korea Utara.
Dalam perundingan militer 2 Oktober silam, Korea Utara mengancam akan mengusir semua warga Korea Selatan dari satu kawasan industri bersama di Kota Kaesong, kecuali Seoul menghentikan kelompok-kelompok pembelot dan para aktivis yang menyebarkan selebaran-selebaran propaganda.
Para pejabat Korsel dan pengusaha yang beroperasi di Kaesong meminta para aktivis menghentikan penyebaran pamflet lintas perbatasan itu.
Akan tetapi , satu kelompok aktivis mengabaikan permintaan itu dan meninggalkan pelabuhan Goseong , Senin untuk menyebarkan sekitar 100.000 pamflet ke Korea Utara.
Selebaran itu bertuliskan pesan-pesan yang mendesak rakyat di Utara bangkit melawan pemimpin mereka Kim Jong Il, dan menyebut dia sebagai seorang diktator "kejam" yang mengalami kelumpuhan setelah diserang stroke tahun ini.
"Kim Jong Il adalah diktator paling jahat di dunia. Anda harus melakukan perjuangan untuk menggulingkan kediktatoran militernya," demikian ditulis dalam salah satu selebaran tersebut.
Choi Sung Young , seorang aktivis yang berusaha menemukan warga-warga Korea Selatan yang diculik Pyongyang dalam Perang Dingin mengatakan, kelompoknya akan melepaskan balon-balon yang membawa selebaran-selebaran serta mata uang Amerika Serikat dan Cina.
Sung Young mengatakan, beberapa selebaran berisi daftar terinci para warga Korea Selatan yang diculik dan ditahan di Korea Utara.
Berdasarkan catatan resmi, 494 warga Korea Selatan ditahan dalam beberapa dasawarsa setelah konflik Korea tahun 1950-1953. Lebih dari 500 tawanan perang tidak pernah dipulangkan.
Namun, Pyongyang membantah menahan warga Korea Selatan yang bertentangan dengan keinginan mereka, walaupun beberapa dari mereka berhasil melarikan diri ke Selatan.
AFP | JULI