TEMPO.CO, Jakarta - Sepekan pasca kerusuhan US Capitol, yang diduga melibatkan Presiden Donald Trump, Parlemen Amerika sepakat untuk memakzulkannya. Dikutip dari kantor berita Reuters, Kamis, keputusan itu dicapai usai voting memenangkan kubu pro pemakzulan Trump dengan perolehan 232 melawan 197. Dari jumlah yang mendukung, 10 di antaranya adalah anggota parlemen dari Republikan.
Dikutip dari CNN, kesepuluh anggota parlemen dari Republikan itu adalah Adam Kinzinger, Liz Cheney, John Katko, Fred Upton, Jaime Herrera, Dan Newhouse, Peter Miejer, Anthony Gonzalez, Tom Rice, dan David Valadao. Berikut beberapa pernyataan dari mereka soal kenapa memutuskan untuk mendukung pemakzulan sementara kolega mereka tidak:
1. John Katko (New York)
"Membiarkan Presiden Amerika memicu serangan tersebut tanpa menderita konsekuensi apapun adalah ancaman terhadap demokrasi kita," ujar Katko.
2. Liz Cheney (Wyoming)
"Presiden (Donald Trump) memiliki kesempatan untuk sesegera mungkin dan secara paksa menghentikan kekerasan (di US Capitol). Dia tidak menghentikannya. Tidak ada pengkhianatan lebih besar oleh seorang Presiden Amerika terhadap sumpahnya ke konstitusi," ujar Cheney.
Baca Juga:
3. Adam Kinzinger (Illinois)
"Tidak ada keraguan pada diri saya bahwa Presiden Amerika (Donald Trump) telah melanggar sumpahnya ketika dilantik dengan memicu kerusuhan (di US Capitol)," ujar Kinzinger.
4. Dan Newhouse (Washington)
"Ini (Pemakzulan Trump) adalah momen penting pada sejarah Amerika. Saya sepenuh hati mempercayai negeri ini, dan sistem pemerintahannya, akan terancam apabila kita tidak menyatakan sikap tegas. Saya serius dengan keputusan ini," ujar Newhouse.
5. Jaime Herrera Butler (Washington)
"Butuh waktu berjam-jam hingga Presiden (Donald Trump) mengambil tindakan yang diperlukan untuk menghentikan serangan (ke US Capitol). Apa yang dia lakukan sebelumnya malah sibuk menelepon para senator, yang tengah diamankan, untuk terus mendukung upayanya menunda pengesahan hasil pemilu elektoral," ujar Beutler.
Seperti diberitakan sebelumnya, dukungan tersebut belum tentu berlanjut menjadi sidang pemakzulan. Walaupun Parlemen sudah memutuskan untuk memakzulkan Donald Trump, hal itu tetap harus dibawa ke Senat Amerika untuk kemudian menjadi materi sidang pemakzulan. Problemnya, Senat yang mayoritas dipimpin Republikan itu sedang dalam masa reses hingga 19 Januari 2021. Hingga berita ini ditulis, belum ada tanda-tanda reses itu akan diakhiri lebih cepat walaupun ada desakan dari Demokrat.
Hal itu membuat sidang pemakzulan Trump sulit diwujudkan. Kepala Senat Mayoritas Mitch McConnell pun menganggap mustahil menggelar sidang pemakzulan ketika sepekan lagi Joe Biden dilantik sebagai pengganti Donald Trump.
ISTMAN MP | REUTERS