TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo mengklaim Al Qaeda telah menjadikan Iran sebagai basis terbarunya. Menurutnya, hal itu sudah bisa menjadi alasan bagi Amerika untuk "menghancurkan" poros Iran Al Qaeda.
"Sejak 2015, Iran memperbolehkan para pemimpin Al Qaeda untuk bergerak bebas di wilayah mereka," ujar Mike Pompeo pada Selasa kemarin, 12 Januari 2021, dikutip dari kantor berita Reuters.
Mike Pompeo melanjutkan klaimnya bahwa salah satu figur Al Qaeda, Abu Muhammad al-Masri, telah meninggal pada 7 Agustus lalu. Al-Masri, sebagaimana diketahui, adalah figur yang diyakini menjadi dalang atas pengeboman dua Kedubes Amerika pada 1998 lalu.
Terakhir, Mike Pompeo menyebut Iran juga telah menyediakan rumah aman untuk para anggota Al Qaeda. Dan, agar anggota Al Qaeda bisa bergerak secara leluasa, mereka telah diberikan kartu identitas serta passport juga. Contoh figur yang telah menerima bantuan itu, klaim Mike Pompeo, adalah Muhammad Abbatay dan Sultan Yusuf Hasan.
"Kami telah menjatuhkan sanksi kepada dua pemimpin Al Qaeda yang berbasis di Iran, Muhammad Abbatay alias Abd al-Rahman al Maghrebi dan Sultan Yusuf Hasan. Selain itu, juga pemimpin Batalion Kurdis," ujar Mike Pompeo.
Berbagai pakar terorisme meragukan klaim Mike Pompeo. Meski mereka membenarkan bahwa Al Qaeda telah masuk Iran, hal itu tidak sama dengan menjadikan Iran sebagai markas baru mereka.
"Iran dan Al Qaeda itu lebih seperti musuh strategis. Mencitrakan Iran dan Al Qaeda sebagai rekan strategis jelas lebih terlihat seperti fiksi dibanding fakta," ujar analis Charles Lister dari lembaga think tank Middle East Institute.
Seorang pejabat intelijen Amerika menyatakan hal senada. Ia membenarkan Al Qaeda sudah berada di Iran dan Kongres Amerika pun sudah tahu soal itu. Namun, soal Al Qaeda menjadikan Iran sebagai markas baru, ia menganggap Mike Pompeo terlalu melebih-lebihkannya.
Ia menyakini agenda Mike Pompeo adalah mensabotase rencana Presiden Amerika Terpilih Joe Biden untuk membangun kembali hubungan dengan Iran. Seperti diberitakan sebelumnya, Joe Biden ingin mengaktifkan kembali Perjanjian Nuklir Iran 2015 yang dihentikan oleh inkumben Presiden Amerika Donald Trump.
ISTMAN MP | REUTERS