TEMPO.CO, Jakarta - Yusuke Aoi, pemilik sebuah bar di Tokyo, hanya bisa pasrah dengan penurunan pendapat sejak wabah virus corona mewabah pertama kali di Jepang. Tokyo yang sekarang berstatus darurat nasional dikhawatirkan akan membuat pemasukan pengusaha sepertinya semakin terpuruk.
Jepang pada Kamis, 7 Januari 2021, telah memberlakukan status darurat nasonal selama sebulan ke depan untuk wilayah Ibu Kota Tokyo dan tiga perfektur tetangga lainnya. Keputusan itu demi menekan penyebaran virus corona.
Jazz Lounge En Counter bar di Tokyo berupaya mencegah penyebaran virus corona antar tamu dan pelayan bar. Sumber: Reuters/asiaone.com
Pengekangan gerak sosial masyarakat lewat status darurat nasional ini tidak seketat tahun lalu, di mana masyarakat sebagian besar diminta untuk tidak keluar rumah. Kali ini, masyarakat hanya diminta untuk berada di rumah terhitung mulai pukul 8 malam, kecuali mereka punya alasan mendesak untuk keluar rumah.
Buntut dari peraturan ini, restoran dan bar juga diminta untuk tutup pada pukul 8 malam. Mereka tidak boleh lagi melayani pembeli yang ingin membeli minuman beralkohol setelah pukul 7 malam. Pemerintah Jepang akan memberikan subsidi bagi mereka yang mematuhi peraturan ini.
Aturan ini menjadi pukulan telak bagi para pemilik restoran dan bar di empat wilayah yang kena status darurat nasional. Sebelumnya, mereka sudah menderita kerugian karena banyak orang bekerja dari rumah. Pemilik restoran tradisional Jepang yang menyajikan makanan kecil dan alkohol, tak punya banyak pilihan dengan terbitnya aturan ini.
“Konsumen biasanya mulai berbondong-bondong mendatangi restoran sekitar pukul 7 malam. Jika kami hanya boleh menyediakan alkohol sampai pukul 7 malam, maka tidak ada gunanya buka restoran di malam hari,” kata Setouchi Lemon Shokudo, 29 tahun, manajer restoran.
Sementara itu, Aoi mengaku penjualannya turun sampai 70 persen sejak pandemi virus corona terjadi. Pasalnya, banyak orang bekerja dari rumah dan mereka menghindari tempat-tempat berkerumun. Bar milik Aoi sekarang hanya melayani makan siang dan ini tentu saja tak cukup untuk memenuhi biaya untuk kebutuhan bisnis mereka.
Memangkas jam operasional pada sore hari, telah membuat bisnis milik Aoi dengan biaya operasional 1 juta yen per bulan (Rp 136 juta), terseok-seok. Biaya sebesar itu, untuk membayar upah karyawan dan kebutuhan sehari-hari bar. Dia memperkirakan, kerugian akan lebih bisa diminimalkan jika barnya tutup saja sekalian.
Jepang memberlakukan status darurat nasional di Tokyo, Chiba, Kanagawa dan Saitama demi menekan penyebaran virus corona di sana. Di wilayah itu, diperkirakan ada 150 ribu restoran dan bar.
Sumber: https://www.reuters.com/article/us-health-coronavirus-japan-restaurants/traditional-japanese-bars-stagger-under-blow-of-second-coronavirus-emergency-idUSKBN29D1EX?il=0