TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson akhirnya memutuskan untuk menerapkan kembali lockdown nasional COVID-19 di Inggris. Hal itu menyusul penambahan jumlah kasus COVID-19 yang pesat serta beredarnya varian baru virus yang lebih cepat menular.
Boris Johnson berkata bahwa penerapan kembali lockdown nasional COVID-19 tersebut tak terhindarkan karena penambahan kasus nyaris tak terkendali. Kemarin Senin saja, kata ia, jumlah pasien COVID-19 di rumah sakit 30 persen lebih banyak dibanding pekan sebelumnya. Ia takut sistem kesehatan nasional kolaps meskipun vaksinasi COVID-19 sudah dimulai.
"Terima kasih kepada sains (vaksin), akhir dari pandemi ini sudah terlihat dan kita tahu bagaimana mencapainya. Namun, untuk saat ini, dengan berat saya meminta warga untuk tetap berada di rumah, lindungi Layanan Kesehatan Nasional (NHS) dan pasien," ujar Boris Johnson, dikutip dari CNN, Selasa, 5 Januari 2021.
Per berita ini ditulis, Inggris mencatatkan 2,7 juta kasus dan 75 ribu kematian. Dalam 24 jam terakhir, kasus di sana bertambah 58 ribu atau penambahan terbesar kedua setelah Amerika.
Vaksinasi, awalnya, diharapkan bisa menekan pertambahan itu. Seperti diberitakan sebelumnya, vaksinasi COVID-19 sudah dimulai sejak Desember lalu dengan vaksin dari Pfizer. Kemarin, Inggris bahkan menambah jumlah vaksin yang bisa dipakai dengan memperbolehkan vaksin COVID-19 AstraZeneca dan Universitas Oxford dipakai. Namun, belakangan, kian jelas bahwa lockdown nasional harus dilakukan.
Warga, politisi, serta pakar medis Inggris sudah berkali-kali mendesak Boris Johnson untuk segera melakukan lockdown. Serikat guru, misalnya, menyatakan bahwa lockdown diperlukan karena jelas kondisi mereka dan pelajar terancam jika sekolah tetap dibiarkan buka. Sementara itu, para pakar medis memperingatkan bahwa sistem kesehatan nasional sudah dalam tekanan berat. Untungnya, Boris Johnson mendengarkan.
"Banyak bagian dari sistem kesehatan nasional Inggris sudah tertekan berat. Saat ini penularan COVID-19 via komunitas sangat tinggi, diikuti dengan tingginya angka pasien di rumah sakit."
"Kami tidak yakin NHS akan bisa bertahan lebih lama lagi dengan tingginya peningkatan kasus. Tanpa langkah jelas, NHS berpotensi kelebihan beban dalam 21 hari ke depan," ujar pernyataan bersama para Kepala Tenaga Medis Inggris.
ISTMAN MP | CNN
https://edition.cnn.com/2021/01/04/uk/uk-lockdown-covid-19-boris-johnson-intl/index.html