TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Cina meminta warganya untuk tidak panik meski varian baru COVID-19 mengancam. Mereka menyatakan bahwa sejauh ini belum ada tanda-tanda varian baru COVID-19 akan berdampak pada kekebalan tubuh bentukan vaksin Sinopharm yang beberapa hari lalu disahkan.
"Tidak perlu panik. Varian baru COVID-19, apabila dibandingkan dengan mutasi varian sebelumnya, tidak memiliki perbedakan signifikan dalam hal menimbulkan penyakit," ujar pejabat Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Cina, Xu Wenbo, dikutip dari kantor berita Reuters, Jumat, 1 Januari 2021.
Sebagaimana diketahui, varian baru COVID-19 muncul pada Desember lalu. Kemunculan pertama terdeteksi di Inggris sebelum bermunculan di negara-negara lain. Kabar terakhir, varian baru yang dikatakan lebih cepat menyebar itu juga sudah muncul di Amerika.
Munculnya varian baru COVID-19 tersebut membuat berbagai negara ekstra siaga. Misalnya, mereka mulai menutup akses untuk pendatang yang berkunjung atau transit dari Inggris. Selain itu, mereka juga meminta perusahaan farmasi untuk mempelajari apakah varian baru COVID-19 tersebut kebal terhadap vaksin-vaksin baru yang belum lama ini beredar.
Sejauh ini, berbagai pakar menyampaikan bahwa varian baru COVID-19 masih bisa ditangani dengan vaksin yang telah beredar. Pfizer, yang vaksin COVID-19 garapannya disahkan pertama kali, juga mengkonfirmasi hal itu walau tetap melanjutkan penelitiannya.
Wenbo berkata, varian baru COVID-19 masih bisa ditangani dengan vaksin buatan Cina karena yang mereka sasar bukanlah mutasi protein virus. "Mutasi terhadap protein virus tidak akan berdampak pada sensitivitas vaksin-vaksin COVID-19 buatan Cina yang menyasar asam nukleat," ujar Xu Wenbo.
ISTMAN MP | REUTERS