TEMPO.CO, Jakarta - Donald Trump telah diberi pengarahan intelijen yang menunjukkan Cina membayar "aktor non-negara" di Afganistan untuk menyerang tentara Amerika, kata dua pejabat senior pemerintah kepada Axios.
Pengungkapan intelijen yang belum dikonfirmasi ini terjadi 21 hari sebelum akhir masa kepresidenan Trump, setelah ia berjanji untuk meningkatkan tekanan terhadap Cina, dan berbulan-bulan setelah laporan media menunjukkan bahwa Rusia secara diam-diam menawarkan hadiah kepada militan Taliban untuk membunuh pasukan AS di Afganistan.
Kedutaan Besar Cina di AS tidak menanggapi permintaan komentar. Trump diyakini tidak membahas masalah tersebut dengan Presiden Xi Jinping, seperti dikutip dari Axios, 31 Desember 2020.
Tidak jelas apakah ada anggota Kongres atau Presiden terpilih Joe Biden yang telah diberi pengarahan, meskipun Biden sekarang memiliki akses ke President's Daily Brief (PDB), laporan harian rahasia yang hanya beredar di pejabat pemerintahan.
Intelijen tersebut dimasukkan dalam pengarahan presiden pada 17 Desember, dan Trump secara lisan diberi pengarahan tentang masalah tersebut oleh Penasihat Keamanan Nasional Robert O'Brien, kata para pejabat.
Pejabat pemerintah di berbagai badan saat ini bekerja untuk menguatkan laporan intelijen awal.
Axios tidak dapat memeriksa secara visual laporan apapun yang merinci intelijen, dan ringkasan dari briefing ini dijelaskan melalui telepon oleh para pejabat.
Jika intelijen ini dikonfirmasi, itu akan mewakili perubahan strategis yang dramatis bagi Cina, dan secara tajam meningkatkan ketegangan antara Cina dan AS. Jika intelijen tidak terbukti akurat, itu menimbulkan pertanyaan tentang motivasi sumber di belakangnya serta keputusan untuk membongkar itu.
Presiden AS Donald Trump berfoto bersama tentara AS usai makan malam saat perayaan Thanksgiving di Bagram Air Base, Afganistan, 28 November 2019. REUTERS/Tom Brenner
Cina telah lama memainkan peran diplomatik yang tenang di Afganistan, mengundang pejabat Taliban Afganistan ke Beijing untuk membahas rencana kesepakatan damai, dan mendorong solusi yang dipimpin Afganistan, meskipun senjata buatan Cina terkadang juga mengalir ke konflik di sana.
"Seperti semua laporan pertama, kami bereaksi dengan hati-hati terhadap laporan awal tetapi setiap laporan intel yang berkaitan dengan keamanan pasukan kami kami tanggapi dengan sangat serius," kata seorang pejabat senior yang terlibat dalam diskusi tentang Cina tersebut.
Pada 22 Desember, para pejabat mengadakan pertemuan Komite Koordinasi Kebijakan (PCC) untuk membahas masalah tersebut, kata seorang pejabat senior kedua dengan pengetahuan langsung tentang diskusi internal.
Pejabat itu mengatakan PCC difokuskan pada dua tujuan, konsultasi dengan komunitas intelijen tentang upaya untuk memverifikasi laporan awal, dan konsultasi dalam komunitas intelijen dan pertahanan seputar postur perlindungan pasukan untuk pasukan yang tersisa di Afganistan.
Pejabat tidak akan menjelaskan sumber atau sumber intelijen atau mengatakan kapan atau selama periode waktu agenda tersebut terjadi.
"AS memiliki bukti bahwa RRC (Republik Rakyat Cina) berusaha mendanai serangan terhadap prajurit Amerika oleh aktor non-negara Afganistan dengan menawarkan insentif keuangan atau hadiah, dan mengatakan Dewan Keamanan Nasional sedang mengoordinasikan secara keseluruhan investigasi pemerintah," kata seorang pejabat.
Sumber menolak mengatakan apakah dia mengacu pada Taliban dengan menyebut "aktor non-negara."
Waktu penawaran hadiah yang dituduhkan tidak jelas. Sumber tersebut hanya mengatakan bahwa ini terjadi beberapa saat setelah akhir Februari ketika AS mencapai kesepakatannya dengan Taliban. Dia juga mencatat tidak ada kematian dalam pertempuran Amerika di Afganistan sejak itu.
Dia mengatakan pemerintah menerima informasi intelijen sebelumnya tentang senjara buatan Cina yang secara ilegal masuk ke Afganistan.
Pemerintah Inggris dan AS sebelumnya telah mengeluhkan senjata buatan Cina yang digunakan oleh Taliban.
Kepentingan di Afganistan sebagian berasal dari keinginan Cina untuk mencegah kelompok separatis Muslim Cina menggunakan negara itu sebagai basis.
Pejabat keamanan Afganistan baru-baru ini menemukan jaringan mata-mata Cina yang diduga beroperasi di negara itu, yang tampaknya berusaha menargetkan orang Uighur di sana, menurut laporan 25 Desember dari Hindustan Times.
Donald Trump telah menerima kritik keras awal tahun ini, ketika dia mengakui belum berbicara dengan Vladimir Putin tentang laporan intelijen yang belum dikonfirmasi, yang menyebut Rusia telah menawarkan imbalan kepada Taliban untuk membunuh tentara Amerika.
CNN melaporkan pada Juni pejabat intelijen Rusia untuk badan intelijen militer, GRU, baru-baru ini menawarkan uang kepada militan Taliban di Afganistan sebagai hadiah jika mereka membunuh pasukan AS atau Inggris di sana, menurut seorang pejabat intelijen Eropa.
Pejabat itu mengatakan insentif yang ditawarkan oleh Rusia, dalam penilaian mereka, menyebabkan korban koalisi, yang bisa mengakibatkan kematian atau luka. Pejabat itu tidak merinci tanggal korban, jumlah atau kewarganegaraan mereka, atau apakah ini kematian atau cedera.
Seorang pejabat AS, yang mengetahui masalah tersebut, mengkonfirmasi ada bukti uang telah ditransfer tetapi tidak jelas apakah intelijen itu sudah diverifikasi atau belum.
Intelijen AS telah menyimpulkan berbulan-bulan sebelumnya, intelijen militer Rusia menawarkan hadiah di tengah pembicaraan damai Afganistan, dan Trump diberi pengarahan tentang temuan intelijen dan Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih mengadakan pertemuan tentang hal itu pada akhir Maret, menurut New York Times, mengutip pejabat yang memberi pengarahan tentang masalah tersebut.
Sumber:
https://www.axios.com/scoop-trump-admin-declassifies-unconfirmed-intel-on-chinese-bounties-84131ec6-c54f-4556-8d0f-547131a343ef.html
https://edition.cnn.com/2020/12/30/politics/china-us-forces-afghanistan/index.html