Lima jam kemudian, tepat pukul 10.00 pagi waktu setempat, Presiden Musharraf mengadakan jumpa pers di gedung Perpustakaan Nasional yang dijaga amat ketat. Presiden Musharraf dalam pidatonya, mendukung serangan AS itu, sebagai dukungan untuk memberi sanksi pada teroris. Dalam pertemuan yang hampir dua jam itu, Presiden Musharraf minta seluruh warga asing di Pakistan tidak perlu hengkang dari negeri itu.
''Stabilitas keamanan masih dalam kontrol pemerintah Pakistan,''katanya. Pernyataan itu bukan omong kosong belaka, patroli tentara bersenjata mesin dengan mobil tampak berkeliling-keliling kota Islamabad. Ditegaskan, ia tak segan-segan akan mengambil tindakan kalau ada pihak yang melakukan tindakan teror. Saat Presiden Musharraf melakukan konprensi pers yang disiarkan langsung lewat televisi pemerintah Pakistan (PTV) dan radio pemerintah di Quetta, ribuan massa menggelar aksi demo besar-besaran menentang AS dan Presiden Musharraf.
Demonstrasi itu berakhir dengan kekacauan dan keributan. Polisi dan tentara menembakan gas air mata kepada para pendemo yang mencoba merangsek ke pangkalan udara Quetta. Wartawan yang banyak berada di Hotel Serena, dilarang keluar dari area hotel itu. ''Letusan laksana perang juga terjadi di Quetta,''menurut sumber Tempo News Room, Muhammad Khan, yang tinggal tak jauh dari kerusuhan itu. Ratusan orang dikabarkan luka-luka, sampai pukul 19.00 waktu Pakistan (21.00 WIB) belum diketahui adanya korban tewas.
Di Islamabad pukul 11.00 siang waktu setempat demo juga terjadi di Khyber Quadi-Azzam Road, para pedemo kebanyakan mahasiswa dari Internasional Islamic University, Islamabad. Mereka tergabung dalam Jamiat Talaba Islami (JTI) pimpinan Abdus Salam. Sebelum demo berlangsung polisi sempat menggebuki para demonstran dengan rotan. Karena para demonstran itu berlarian menuju gedung parlemen, tempat tinggal Presiden Musharraf. Tapi sekitar 2.000 pendemo itu bisa ditahan 300 km dari kantor Presiden Musharraf.
''Kami menentang serang AS, kini kami nyatakan AS musuh orang orang Islam di seluruh Pakistan dan kami minta Musharraf mundur dari jabatannya,''kata Abdus Salam dalam Bahasa Urdu yang disambut teriakan: gantung Bush! gantung Musharraf! ''Sesungguhnya Bush itulah Komandan teroris, kini dia musuh orang Islam dimana-mana. Kami akan terus berjihad melawan kelaliman itu,''kata Abdul Sattar, 24 tahun, mahasiswa semester tujuh Fakultas Syariat (Hukum Islam), Universitas Islam Internasional. Tampak beberapa mahasiswa Indonesia ikut dalam demonstrasi itu.
Demo berakhir pukul 14.00 siang dengan damai tanpa insiden. Sore harinya sehabis azan Ashar sekitar pukul 16.30 waktu setempat, demo besar kembali mengguncang di Abpara, kawasan pertokoan kelas bawah dan menengah. Rombongan ulama dari berbagai kelompok antara lain Jamaat-e-Islami, Jamaat Ulama Islami, bergandengan tangan bersama seribu orang berjalan di tengah-tengah sambil berteriak menyebut asma Allah. ''Allah Akbar, Amerika Setan Besar, Bush Harus Digantung, Mulla Omar Pemimpin Kami, Usamah bin Ladin Pahlawan kami.''
Para Ustadz itu berhenti di perapatan dengan dua ribu massa yang sudah menunggu. Kali ini massa lebih panas. Tujuh ratus polisi disiapkan dalam beberapa lapis, termasuk penyemprot air, tank gas air mata, dan mobil jeruji untuk menangkap para demonstran kalau-kalau kerusuhan terjadi. Bahkan ada sepuluh polisi berkaos hitam dengan tulisan anti teroris dengan senjata berat berjaga-jaga. Maklum tempat orasi itu berada di tengah jalan dekat pasar, jalan umum dan terminal angkutan kota.
''Gantung Musharraf, Gantung Bush, Mushrarraf sudah kami keluarkan dari daftar orang Pakistan,''kata seorang ulama yang berorasi. Mereka juga mendukung Mulla Omar, pemimpin Taliban dan Usamah bin Ladin. Lepaskan Maulana Fazlun Rahman dan Maulana Sami ul Haq, sebelum kami tambah marah,''ujar seorang ulama yang berpidato di atas pinggiran jalan. Demo berakhir saat azan maghrib, sekitar pukul 19.00. Di tempat itu sekelompok anak muda dan anak-anak, membakar patung yang melambangkan Musharraf dan Gerorge W.Bush.
Dipatung yang terbuat dari kain itu Bush ditulis Anjing Bush, kepalanya diinjak anak-anak, dipukul-pukul dengan kayu rotan dan bambu dengan bernafsu. Bahkan menjelang akhir unjuk rasa anak-anak muda dan anak-anak itu, membakar patung kain itu dengan nada marah dan teriak-teriak. Unjuk berakhir dengan damai, tak ada pendemo yang naik metro mini, mereka pulang ke masing-masing tempat dengan jalan kaki. Hanya para ulama bersorban saja yang pulang naik sedan masing-masing. Terasa hawa Islamabad yang panas karena cuaca, tambah panas dengan peristiwa pengeboman itu.
Banyak orang marah dan mengecam Musharraf yang ikut membantu dalam peristiwa ini, dengan membiarkan tanahnya menjadi tempat tentara dan angkatan udara AS. ''Musharraf penjahat, Bush Penjahat,''teriak massa yang marah. Mereka mengusung gambar Usamah bin ladin dan pistol-pistolan seperti AK47. Demo juga terjadi Peshawar, Abbotabad, Rawalpindi, Lahore, Karachi, Harirpur dan kota-kota kecil lainnya.
Sesunguhnya, isu AS yang akan mengebom pada Hari Minggu (7/10), sudah beredar sejak Rabu (3/10) pekan lalu. Tapi masih banyak orang tak percaya rumor itu. Padahal langkah-langkah awal, seperti pembersihan pangkalan pesawat udara Quetta, Ibu Kota Provinsi Balukhistan (Balochistan), yang hanya sekitar 200 km dari basis Taliban, Kandahar, Afghanistan, sudah dilakukan. Pesawat-pesawat AS berada di dalam hanggar, menggantikan pesawat milik Angkatan Udara Pakistan. Bahkan sejak dua hari belakangan ini Pakistan menangkap dua ulama besar yang mengumpulkan orang untuk berjihad, Maulana Fazlur Rahman, Ketua Jamiat-Ulama-Islam (JUI) dan Maulana Sami ul Haq, Ketua Jamiat Haqqania, Akhora Khattak. (Ahmad Taufik)