TEMPO.CO, Jakarta - Ekspor Indonesia ke Brunei Darussalam mencetak sebuah capaian baru dengan tibanya 370 ekor domba hidup ke negara itu. Domba-domba tersebut yang diangkut melalui pesawat udara dari Surabaya pada 19 Desember 2020 lalu.
Pengiriman perdana tersebut merupakan bagian dari 1.200 ekor domba yang dipesan oleh PDS, yakni sebuah perusahaan pensuplai daging terbesar di Brunei, untuk pengiriman Desember 2020. Tambahan 1.200 ekor domba lainnya, telah dipesan PDS untuk pengiriman Januari 2021.
Sejumlah domba berada di kandang sebelum dikirim ke Brunei Darussalam melalui Bandara Udara Internasional Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin 21 Desember 2020. Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian meluncurkan program gerakan tiga kali lipat ekspor (Gratieks) dengan mengirim domba sebanyak 317 ekor per bulan dari total kuota 2.000 ekor. ANTARA FOTO/Umarul Faruq
Duta Besar RI untuk Brunei Darussalam, Sujatmiko, menyaksikan tibanya ekspor domba-domba dari Jawa Timur ini di Brunei International Airport Cargo Center.
"Apa yang kita saksikan hari ini membuktikan sekali lagi kualitas ternak Indonesia yang baik dan kompetitif, bahkan mampu menembus pasar Brunei yang selama ini didominasi oleh domba asal Australia. Lebih membanggakan lagi, ternak ini dihimpun dari peternak kecil, UMKM pertanian anggota dari Koperasi Cita Berdikari. Pengiriman ekspor ini tentunya mendukung pemberdayaan dan penguatan usaha mereka, terlebih di tengah lilitan krisis akibat Covid-19,’’ kata Duta Besar Sujatmiko.
Tibanya domba dari Indonesia ini, berkontribusi membantu masyarakat Brunei Darussalm akan kebutuhan daging segar. Selama masa pandemi Covid-19, Brunei tidak dapat mengirimkan inspektur halal ke luar negeri sehingga mengurangi masuknya daging impor.
“Selama beberapa bulan terakhir terasa kelangkaan, khususnya pada daging domba di Brunei. Di sinilah produk kita berperan memanfaatkan peluang sekaligus turut meringankan persoalan yang dihadapi,’’ kata Duta Besar Sujatmiko.
Pengiriman hewan hidup untuk ekspor bukan perkara mudah. Sujatmiko menjelaskan KBRI BSB ikut memonitor dan secara aktif berkonsultasi dengan pihak eksportir, importir, regulator/perizinan di kedua negara, pelaku industri daging, sampai penyedia jasa transportasi, untuk sama-sama mendorong kelancaran keseluruhan upaya.
Diperlukan rata-rata 1.500 ekor daging domba potong untuk memenuhi kebutuhan daging segar di Brunei Darussalam. Saat ini, daging kambing dan domba sangat sulit dicari di negara itu.
Jika pun ada, harganya sangat mahal atau hingga 2 kali lipat dari harga normal (mencapai BND 34 per kilogram atau Rp364 ribu). KBRI Brunei Darussalam dalam keterangan menyebut produksi dalam negeri tidak mencukupi untuk kebutuhan konsumsi normal. Walhasil, saat ini kebutuhan lebih diprioritaskan pada kegiatan keagamaan, seperti hari raya kurban dan aqiqah.