TEMPO.CO, - Keluarga korban kecelakaan pesawat Boeing 737 MAX mendesak Badan Keamanan Penerbangan Uni Eropa (EASA) untuk menunda persetujuan pesawat kembali beroperasi. Alasannya ada pertanyaan yang belum terjawab tentang keselamatan.
Dalam sebuah surat kepada Direktur Eksekutif EASA Patrick Ky, keluarga dan kolega dari korban kecelakaan Ethiopian Airlines meminta mereka terlebih dahulu menyelesaikan analisisnya terhadap pesawat yang dimodifikasi dan menyelesaikan laporan keselamatannya atas kecelakaan itu.
"Tidak mungkin bagi EASA untuk menyimpulkan bahwa 737 MAX yang direvisi sudah aman sebelum penilaian keamanannya sendiri selesai," kata mereka dalam surat itu dikutip dari Reuters, Rabu, 23 Desember 2020.
EASA secara resmi pernah mengatakan dapat mencabut larangan terbang Boeing 737 MAX bulan depan, setelah ada tanggapan dari publik dan industri. Namun seorang juru bicara EASA mengatakan pihaknya tidak akan mengomentari tanggapan publik yang masuk pada tahap proses sertifikasi ulang ini.
Keluarga korban mendesak EASA untuk menjelaskan mengapa perbaikan yang Boeing lakukan membuat pesawat aman. Mereka juga mendesak EASA untuk meningkatkan margin keselamatan pesawat dengan menerapkan sensor Angle of Attack ketiga.
Mereka juga menyerukan untuk mendesain ulang dek penerbangan dan sistem peringatan awak. "Untuk memenuhi standar keselamatan modern," kata mereka.
Bulan lalu, Administrasi Penerbangan Federal AS juga mengizinkan kembali Boeing 737 MAX beroperasi setelah ada perubahan desain di sekitar sistem. Hal ini dilakukan setelah dua kecelakaan 737 MAX yang total menewaskan 346 orang pada 2018 dan 2019.
Namun pihak keluarga korban juga mempertanyakan keputusan Administrasi Penerbangan Federal AS untuk mencabut larangan penerbangannya menyusul laporan Komite Perdagangan Senat pada Jumat yang menyimpulkan bahwa badan tersebut dan pejabat Boeing diduga berkolusi selama pengujian sertifikasi ulang 737 MAX.
REUTERS
https://www.reuters.com/article/BigSt