TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan minat investor Turki untuk berinvestasi di Indonesia kian meningkat. Hal ini ia sampaikan saat menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu di kantornya.
Dalam konferensi pers bersama, Retno mengatakan jika keduanya berbicara soal peluang kerja sama di bidang teknologi dan industri. Ia menjelaskan pembahasan soal ini kian gencar dilakukan sejak Juni 2020.
"Pembicaraan intensif telah dimulai kedua negara untuk bekerja sama di bidang industri dirgantara, mobil elektrik, tempat peluncuran roket (spaceport building), satelit dan kendaraan peluncur satelit, serta teknologi medis dan farmasi," ucap Retno, Selasa, 22 Desember 2020.
Dalam pertemuan itu, Retno turut mempresentasikan tentang Undang-Undang Cipta Kerja yang diklaim pemerintah dapat menciptakan iklim investasi kondusif bagi investor Turki di Indonesia. Namun bila menengok ke belakang, UU Cipta Kerja sejatinya mendapatkan penolakan dari sejumlah kalangan seperti buruh, aktivis lingkungan hidup, hingga tokoh-tokoh nasional dan pemuka agama.
Selain itu, kata Retno, ia dan Cavusoglu juga bicara soal kerja sama di bidang pertahanan dan industri pertahanan. Ia mengklaim kerja sama di sektor ini selama dua tahun terakhir ini meningkat. Pasalnya antara pejabat dan para ahli di bidang pertahanan dan industri pertahanan saling berkunjung.
"Menteri Pertahanan Indonesia baru saja mengunjungi Turki minggu lalu. Hal ini memperkuat komitmen kedua negara untuk mengembangkan lebih jauh kerja sama pertahanan dan industri pertahanan," tuturnya.
Menteri Cavusoglu mengatakan volume perdagangan antara dua negara saat ini berkisar US$ 1,5 juta. Angka ini, kata dia, sangat kecil bila dibandingkan dengan total populasi kedua negara yang mencapai 350 juta orang. "Maka US$ 1,5 juta dolar jauh tertinggal dari potensi kita yang sebenarnya" katanya.
Menurut Cavusoglu, kedua negara sepakat untuk meningkatkan investasi di Turki dan Indonesia. "Perusahaan Turki sangat tertarik untuk berinvestasi di Indonesia meski ada pandemi," ujarnya.