TEMPO Interaktif, Sydney: Pemimpin oposisi Timor Leste Mari Alkatiri membantah tudingan pemerintah Timor Leste yang menilai oposisi berupaya memperkeruh situasi keamanan dengan rencana demonstrasi besar-besaran.
Perdana Menteri Xanana Gusmao sebelumnya mengatakan bahwa pemerintah tidak akan ragu untuk menahan para pengunjuk rasa yang melakukan kekerasan. Namun, Mari mengatakan kepada Radio Australia bahwa Fretilin--partai yang dipimpinnya--memiliki hak untuk menggelar Unjuk Rasa Damai. Itu, lanjut Mari, sama halnya dengan hak pemerintah untuk menahan pelaku kekerasan.
"Mereka mencoba menyelesaikan masalah hanya dengan menggunakan uang. Tetapi mereka tidak menyelesaikan masalah politik lewat cara-cara politik. Mereka gagal," ujar Mari. "Pemerintah telah gagal di semua lini. Dan mereka mencoba menyalahkan orang lain atas kesalahan mereka sendiri."
Fretilin sendiri belum menyebutkan tanggal untuk demonstrasi besar-besaran tersebut. Kekerasan di Timor Leste pada Meei 2006 menewaskan sedikitnya 37 orang dan membuat 150 ribu warga Timor Leste mengungsi.
Mari juga membantah partainya berada di balik selebaran gelap yang beredar di Dili. Selebaran tersebut berisi ancaman kekerasan jika seorang warga dari wilayah tertentu diangkat menjadi kepala kepolisian Timor Leste yang baru.
Baca Juga:
"Fretilin tidak ada kaitannya dengan masalah seperti ini," ujar Mari. "Xanana yang harus disalahkan atas perpecahan 'timur' dan 'barat' di Timor Leste. Ia merupakan orang yang memecah negara ini menjadi timur dan barat pada 2006. Xanana sendiri."
ABC| Kodrat Setiawan